Rabu, 19 November 2014

KENAPA HARUS ACTION?



Kenapa kita harus tetap action dalam kebaikan? Padahal nggak ada yang menghargai, dibilang sepele, nggak ada guna, nggak penting bahkan aneh banget. No worries,  tetap saja action dalam kebaikan karena Allah nggak tidur dan selalu melihatmu kapanpun dimanapun. Berikut bukti kuatnya:

1.      Allah nggak tidur, dan melihat semua-semua perkara, baik perkara yang ghaib dan yang nyata-nyata telah kamu kerjakan (QS. 9 : 105)

2.      Kecil atau besar action kamu dalam hal kebaikan, semuanya akan dibalas dengan yang lebih baik dari apa yang telah kita kerjakan. (QS. 9: 121)

3.       Tetap action dalam kebaikan, walaupun dalam kondisi terasa berat ataupun ringan dengan harta dan jiwa. Dan yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. (QS. 9 : 41)

4.      Sejatinya action dalam kebaikan yang kita kerjakan akan kembali ke diri sendiri. Balasan kebaikan juga. Begitu pun dengan keburukan maka balasannya pun keburukan. Kebaikan otomatis menghampiri kebaikan. (QS. 41: 46)

5.      Modal utama action dalam melakukan kebaikan adalah keyakinan! Saat beramal dan berbuat baik pada orang lain jangan mengharapkan dunia semata. Niat awalnya itu ibadah, jika tidak maka akan mudah rapuh. Bekerja saja biar Allah dan RasulNya yang membalas.  

6.      Terus action bergerak dan beramal dalam kebaikan. Setelah action harus positive thingking, dan yakin dengan janjinya. Siapa yang lebih menepati janjinya selain Allah… (QS. 9 : 111).

Lalu jika kau merasa letih, lesu, lemah dan lelah secara fisik juga hatimu dalam berbuat kebaikan. Maka ingatlah dan renungilah kembali pesan sahabat dari manusia mulia Rasululllah SAW, yakni Umar Bin Khattab,: “ Bila kita letih salam berbuat kebaikan, ingatlah bahwa kebaikan itu akan tetap ada ketika keletihan itu telah hilang dan sirna. Namun, bila kita bersenang-senang dalam berbuat maksiat, maka ingatlah dosa itu akan tetap ada ketika kesenangan itu telah hilang”.

RAMADHANKU



Kau hendak kemana? Tak banyak yang kulakukan saat kau masih ada banyak waktu. Namun saat kau telah pergi dan telah berakhir, rasanya sedih membanjiriku. Karena tiba-tiba teringat wajah-wajah teman yang tak lagi bernyawa, dan tak bisa bertemu Ramadhan lagi, karena sudah lama tubuhnya menjadi kaku dan menyatu dengan tanah.

Akankah aku pun sama nanti? Tak akan lagi bisa menemuimu wahai Ramadhanku. Tak lagi bisa menjemput Lailatul Qadar, untuk mengeruk pahala berlimpah pahala berlipat berkah nan indah. Merasakan nikmat  beribadah karena bisa mudah dan dekat dengan pemilik alam tata surya ini. Merasakan tenang saat hati telah tersentuh kalamNya, menyelup damai jiwa karena bisa mengadu padaNya di tengah pagi buta. Kini Ramadhan telah berlalu, meninggalkanku yang tak tahu apakah bisa bertemu lagi nanti.   


KURANG DUIT



Pernahkah kalian saat membeli suatu barang tapi bawa duitnya kurang banyak? Hehe…
Ini terjadi saat pagi menjelang siang, saat sampai di supermarket dengan uang Rp. 50.000 di tangan hendak membeli pampers dewasa ukuran XL, karena belum pernah beli pampers jadi dikira uang segitu cukup saja malah kayanya lebih banyak. Hehe…

Tapi faktanya uangnya kurang cin, harga pampers dewasa ukuran  XL isi tiga pcs itu  ternyata Rp. 53.900. Walhasil, dengan muka sedikit memelas mengharap iba pas sampai depan kasir jujur saja bilang ke mas kasirnya.

“Maaf mas, uangnya kurang kalau nanti balik lagi boleh nggak?”

Dengan muka sedikit tersenyum, mas kasir mengangguk setuju. Ahh, senangnya lega hati dibuatnya karena boleh dibawa pampresnya walau duitnya kurang Rp. 3.900. Bukan apa-apa sih, masalahnya kalau nanti balik ke ruang rawat inap tanpa membawa pampers sama aja bohong. Belum lagi jaraknya yang lumayan juga mesti turun lima lantai lalu menyebrang dan berjalan beberapa meter dari rumah sakit.

Rasa percaya dan kebaikan mas kasir supermarket, membawa tenang dan senang di hati. Tak ada curiga dan percaya saja dengan membolehkanku membawa pampers walau kurang duitnya. Semua kebaikan yang tulus terasa indah dan menyenangkan. Padahal kan bisa saja, si mas kasir itu tak mengizinkan aku membawa pampresnya karena takut rugi dan nggak balik lagi, tapi dia berpikir positif dan meringankan hatinya membolehkanku membawa pampres tanpa jaminan apa-apa. Hihihi….

Jazakallah Khairan Katsiran

GARA-GARA KUDA



Anekdot tentang jin dan tiga permintaannya begitu banyak ceritanya. Terlebih ada sebuah iklan yang sering menggunakan anekdot ini untuk promosi produknya. Salah satu cerita yang amat menarik adalah tentang sebuah keinginan sukses yang instan alias tanpa perlu proses kerja keras panjang, susah payah banting tulang juga jatuh bangun, juga keinginan memiliki kesenangan dunia yang diburu nafsu liar. Maka jadilah seperti ini:

Ada asap yang membumbung tinggi saat sebuah batu diusap oleh Binsar yang tak sengaja menemukannya di gunung saat berkelana.

“Hahaha… sebutkan tiga permintaanmu anak muda!” mahluk besar hitam legam mengagetkan Binsar.

“Saya ingin menjadi orang kaya raya…” Ucap Binsar tanpa mau menyia-nyiakan kesempatan.

Sekali anggukan berpeti-peti emas bertumpuk di sekitar Binsar dan kuda tunggangannya. Senyum lebar menghiasi Binsar, bahkan kini kudanya pun memakai aksesoris emas lengkap sampai ujung kakinya. Ditepuk-tepuklah kudanya Karena bangga dan senang bukan kepalang.

“Kedua, saya ingin memiliki wajah tampan rupawan…”

Sekali anggukan jin, wajah Binsar langsung berubah dan jauh berbeda dari sebelumnya. Tak ada kaca untuk membuktikan permohonannya dikabulkan om jin. Tapi memang perubahan itu Nampak saat Binsar meraba wajahnya dengan tangannya sendiri. Rahangnya kini lebih lancip, hidungnya mancung, alisnya tebal, giginya rapi tak lagi jarang, bibirnya tipis dan puas sekali hati Binsar setelah meraba wajahnya itu. Tentu akan banyak wanita tergila-gila padanya.

“Nah, permintaanmu tinggal satu anak muda. Cepat sebutkan!”

“Hmmm…” agak malu Binsar untuk mengatakan permintaan yang ketiga, karena memang di luar kebiasaan dia ingin menjadi laki-laki sejati yang tidak hanya tampan juga kaya tapi "kuat". Tanpa ragu dan tanpa hati-hati Binsar membiarkan nafsunya lari sembarang.


“Janganlah kau malu-malu anak muda. Sebutkanlah saja! Akan ku kabulkan semuanya!”

“Saya ingin punya saya seperti kuda tunggangan saya”

Om jin tak langsung menganggukkan kepala, dia sedikit diam dan mengernyitkan dahinya karena sedikit bingung dan aneh.

“Kau yakin anak muda?”

“Yakin…”

“Baiklah, tapi untuk permintaan ketigamu ini baru bisa berubah setelah kau bangun dari tidur di pagi hari…” Om jin mengangguk sambil tersenyum sinis ke arah Binsar.

Sudah tiga permintaan yang disebutkan Binsar. Om jin pun hilang tanpa bekas. Buru-buru Binsar turun gunung untuk kembali ke rumahnya dan ingin segera bisa melihat perubahan dari pemintaan ketiganya.

Sampai di rumah, lelah menyelimuti tubuhnya. Karena ia menggotong banyak sekali peti emas.  Tak terasa dia pun tertidur dan ayam telah berkokok menandakan pagi telah datang. Binsar langsung membuka mata, dan ingat pada ucapan om jin kemarin. Buru-burulah Binsar menuju cermin lalu membuka celananya.

Whats!

Kaget bukan kepalang Binsar setelah berkaca, sampai dia pun pingsan dan tak sadarkan diri. Setelah sejam berikutnya Binsar kembali sadar lalu kembali berkaca dan dia pun pingsan lagi. Berkaca lagi sampai pingsan lagi, tak bisa menerima kenyataan pahit di depannya. Binsar lupa dan baru tersadar bahwa kuda tunggangannya adalah kuda betina. 
 

BALADA NASI GOLENG



Benarlah kata pepatah jika ada kemauan pasti ada jalan, jika ada usaha maka akan terbuka jalan keluar. Maka jika ada masalah janganlah mundur dan ragu untuk maju. Tetaplah tegak berdiri hadapi masalah dan segala rintangan dengan kemauan juga usaha, kerja keras untuk memperbaiki dan menyelesaikannya.

Ada cerita seorang anak bernama Ngalamin yang tengah lapar lalu berniat membeli nasi goreng. Saat sampai di tukang nasi goreng, dengan pedenya Ngalamin memesan satu porsi pada si abang nasgornya.

“Bang, nasi goleng satu…”

Mendengar itu abang nasgor menoleh ke sumber suara, tiba-tiba satu lapak itu tertawa bersama para pembeli lainnya karena mendengar suara cadel Ngalamin.

Ngalamin malu, marah dan menangis karena ditertawakan. Padahal perutnya sudah lapar dan perih tapi dia terlanjur malu, dia pun pulang dengan tangan kosong karena tak jadi beli nasgor. Malam itu juga Ngalamin memutuskan berlatih mengucapkan nasi goreng dengan baik dan benar. Sampai begadang larut malam, dan bertekad tak mau tidur sebelum behasil.

“Nasi goleng, nasi goooleng, nasi gooooleng, nasi gooooooleng, nasi gooooooooooleng, nasi gooooooooreng…”

Berkali-kali  berlatih akhirnya bisa juga dia mengucapkan nasi goreng. Maka malam harinya ia pun segera kembali ke tukang nasi goreng.

“Bang, nasi goreng satu…”

“Pakai telor apa ngga?”

“Nasi goreng pakai telol…”

Kembalilah Ngalamin ditertawakan khalayak ramai. Dan ia malu bukan kepalang, karena kata telor belum dipelajarinya. Lidahnya masih kaku tak terlatih mengucap telor. Maka dia kembali berlatih.

“Nasi goreng pakai telol, pakai telool, pakai telooooll, pakai teloooool, pakai telooooooool, pakai telooooooor…”

Percaya diri benar Ngalamin, lega bukan main. Kata telor berhasil dia ucapkan. Maka malam besoknya dia kembali lagi.

“Bang, pesan nasi goreng pakai telor…”

“Telornya di dadar apa ngga?”

“Nasi goreng pakai telor di dadal…”

Whats! Ngalamin keceplosan, dan dia kembali ditertawakan karena mengucapkan kata dadal. Otaknya tak ingat untuk berlatih bilang kata dadar dengan benar. Maka Ngalamin kembali kecewa nasi goreng itu belum bisa dia nikmati kelezatannya, gara-gara banyak huruf R di kata-kata yang belum lidahnya pelajari dan melatihnya supaya lentur. Ngalamin pun kembali berlatih, mengucapkannya.

“Nasi goreng pakai telur didadal, dadall, dadalllll, dadallllll, dadalllllll, dadalllllllllll, dadalllllllll, dadaaaaaarrrr…”

Kembalilah dia percaya diri, untuk datang ke tukang nasi goreng membuktikan bahwa dia bisa mengucapkan dan memesan nasi goreng dengan lengkap dan benar.

“Bang, pesan nasi goreng pakai telor didadar…”

Senyum lebar penuh bangga menyelimuti abang tukang nasi goreng, melihat semangat Ngalamin yang pantang menyerah mengucapkan huruf R. Maka dengan senang hati abang tukang nasi goreng pun akan membuatkan nasi goreng spesial untuknya.

“Nasi goreng ini harganya Sembilan ribu lima ratus, uang kamu sekarang kan sepuluh ribu nih. Jadi kembalinya berapa coba?” Tanya abang nasi goreng yang sengaja mengetes Ngalamin.

“Mmmm….” Ngalamin berpikir, kalau dia bilang kembali lima latus pasti akan ditertawakan lagi, karena memang dia belum berlatih untuk mengucapkannya. Maka otaknya berputar untuk mencari solusi lain agar tak mengulangi kesalahan yang sama. Bisa-bisa nasi gorengnya tak jadi lagi untuk dibawa pulang.

“Gope bang…” ucap Ngalamin dengan yakin

Semua pun tertawa dan Ngalamin berhasil membawa nasi gorengnya ke rumah dengan bangga karena berhasil melewati masalah kecadelan lidahnya dengan berlatih, berlatih dan terus berlatih. Hehehe

*Jika ada kemauan pasti ada jalan. Setelah kesulitan akan datang kemudahan…