Senin, 05 Mei 2014

Mereka pun Bisa Bercerita

Apa kau berpikir hanya yang bermulut saja yang bisa bercerita?
Apa kau mengira hanya yang berlidah saja yang mampu berbicara?
Apa kau merasa hanya yang bermulut dan berlidah saja yang bisa dan mampu bercerita, berbicara dengan benar dan apa adanya?
Jika  IYA, maka ajaklah pikiranmu untuk mulai menalar sejenak. Agar pikirmu tak melulu menangkap yang kasat mata, tapi yang tak tersirat pun bisa kau pahami dan renungi.

TANAH
Bagaimana bisa dari tanah yang sama, pohon yang tumbuh dan berbuah itu bisa memiliki rasa buah yang berbeda? Ada yang manis, ada yang asam. Ada yang besar, ada yang kecil, ada yang kecut dan muda juga ada yang matang dan ranum. Padahal mereka lahir dan bertumbuh di tanah yang sama.
Di tanah yang sama pula, aneka jenis pohon yang tumbuh tak tertukar daunnya, di tanah yang sama  juga buah yang tumbuh tak tertukar jenisnya. Tak ada yang berdaun rambutan tapi berbuah durian, berbuah papaya tapi berdaun pisang, berbatang mangga tapi berdaun singkong. 

POHON
Sebiji benih lalu berkecambah, akarnya menuncap ke tanah, bertunas lalu menyumbul ke luar, mengintip indahnya dunia luar, lalu berbatang, berdaun kemudian berbuah.
Bagaimana bisa terus-menerus hal itu berlaku dengan teratur? Tak berbuah dulu baru berbatang, tak berdaun dulu baru berbuah, tak berakar dulu baru berkecambah, tak berbatang dulu baru berakar. 

MATAHARI
Bola api aktif berukuran lebih besar dari bumi, yang menggantung sempurna. Tak ada tiang yang menyangganya untuk tetap di atas, bahkan tali atau kayu pun tak ada. Ia tak butuh menara untuk sejenak beristirahat karena lelah terus di atas, ia pun tak bosan dan tak butuh bantuan bulan untuk menggantikannya terbit saat fajar datang pertanda pagi.  Terbenam di barat dan terbit di timur, tak pernah tertukar karena jenuh dan ingin suasana berbeda. Ia tetap teratur dan konsisten selalu begitu setiap hari.

SEMUT
Adakah lubang hidung semut sebesar yang dimiliki manusia?
Adakah otaknya pun sama?.
Jika diamati lubang hidung dan otak semut hanya sebesar titik tinta pulpen yang kau buat di kertas bahkan ada yang hanya sebesar ujung jarum.
Lalu bagaimana ia bisa mencium aroma manis gula? Dan tak tersasar ke aroma asinnya garam? Atau tergoda ke aroma sedapnya sambal terasi? Tak ada GPS di sana, survey tempat dulu pun tidak. Tapi mereka beraturan bergerombol menuju aroma manisnya gula dengan tepat sasaran untuk disantap bersama dan tak perlu tawuran untuk menikmatinya.

Mereka bercerita tentang penciptaNya yang membuatnya beraturan
Mereka bercerita tentang kuasaNya yang membuatnya sempurna
Mereka bercerita tentang keajaibanNya, yang membuat mereka tetap patuh di posisinya dengan urutan yang benar dan tak tertukar.