Selasa, 21 April 2015

HEPI MILAD

Sebenarnya sudah lewat dua bulan blog ini berulang tahun. Pertama kali dibuat itu bulan Februari tahun 2014, karena ada tugas kuliah yang mengharuskan membuat blog untuk nilai praktek. Parahnya juga yang membuatkan sebenarnya teman kuliah bukan sendiri. Hehe… sudah lama sekali sebenarnya ingin mempunyai blog, menumpahkan segala ide dan gulana di tulisan lalu di share ke public. Siapa tahu ada manfaat, ya sekedar berbagi walau lebih banyak nyampahnya kali ya. Hehee.. 

Tapi karena sudah semakin usia, maka sampah-sampah tulisan yang agak absurd dikurangi perlahan,  ingin lebih banyak inti sari dan madunya ketimbang eres-eresnya. Padahal sih nggak juga ya, karena masih banyak yang nggak ngerti juga sama maksud tulisan di blog ini. Tapi nggak apa-apalah ya, namanya itu berproses pasti sebelum pohon itu berbuah pasti pernah menjadi biji lalu tunas lebih dulu kan.

Hepi milad my simple words; menulislah agar cerah hati. Itu tagline yang diambil karena memang menulis terasa mencerahkan. Ya walau kacau balau tak berending dengan baik dan klimaks yang mumpuni secara komersil tapi jika secara nurani itu lebih dari indah loh. Karena segala mumet, resah, kegelisahan, unek-unek tiba-tiba bisa ketemu sendiri pemecahannya di ending tulisan yang dibuat tanpa harus konsul ke psikolog atau psikiater dan curhat sana-sini atau update status di media sosial.

Ya Alhamdulillah,,, selama setahun dua bulan ini sudah 106 posting tulisannya. Terapi menulis ini membantuku untuk berpikir lebih runut, bijak juga dewasa walau kadang masih tetap saja ada moody dan childistnya tapi ya untungnya tak sampai keluar alur kenormalan. Semoga bisa terus update ya my simple blog, nggak Cuma sekali dua kali sebulan posting tapi bisa terus produktif dan berkarya dan berbagi hikmah pada orang di sekeliling tentang hidup dan tentang semua hal. 

TAK ADA BAHAGIA

Tak akan ada bahagia jika hidup tak ada syukur

Tak akan ada bahagia jika hidup tak ada sabar

Tak akan ada bahagia jika hidup tak ada cinta

Tak akan ada bahagia jika hidup tak ada peduli

Bahagia tak akan kau temui jika hidup tak mau peduli

Bahagia tak akan kau dapati jika hidup tak mau berbagi

Bahagia juga tak akan kau nikmati, jika kau tak mau bersabar untuk mendapati  apa yang kau ingini, kau butuhi,  dan kau rencanai.

Bangun saja harapan, sebesar-besarnya harapan. Jangan kau terburu-buru menutup harapan, lalu berbalik arah dan pesimis sebelum mati. Tetap bangun harapan, mencoba kesempatan yang datang, jika hasil tak sesuai asa maka nikmati saja prosesnya dan syukuri. Karena tak ada buah mangga yang ranum  di pohon, tanpa sebelumnya menjadi bunga, biji  dan mangga muda lebih dulu.


“Dan Jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah, sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir” (QS. Yusuf: 87). 

TERLANJUR SAYANG

Saat kau terlanjur sayang pada sesuatu, baik pada manusia atau pada harta/benda maka kau pun akan takut untuk kehilangannya.  Harus bagaimana nanti, kalau tiba-tiba hal yang di sayang itu menghilang dan raib. Sedih pasti terasa, bukan Cuma kulitnya tapi sampai masuk ke tulang sum-sum.  bahasan kali ini adalah terlanjur sayang pada harta.

Ada yang mengotot dengan keras sampai urat keluar, bicara lantang sekuat tenaga mempertahankan dan menjaga harta agar tak jatuh ke tangan orang lain. Apalagi jika orang itu adalah pendatang.  Orang baru yang tiba-tiba hadir lalu dengan enaknya menikmati harta yang susah payah telah dijaga dan dipertahankan oleh keluarga.

Saat kau takut kehilangan harta, adalah sejatinya itu musibah untuk dirimu. Karena harta adalah benda yang kelak akan menjadi tanggung jawabmu di sana. Harta itu barang titipan bukan barang kepunyaan pribadi.  Maka saat hartamu yang kini ada di tanganmu itu adalah amanah untuk mau dibawa kemana. Kebaikankah atau kesesatankah? Semua kau yang atur sebagai orang yang dititipi bukan memiliki. Maka garis bawahi saja dulu, agar kelak saat harta yang di sayang itu hilang kau tak sampai sakit dan jatuh terpuruk karena terlanjur sayang, karena harta hanya titipan saat yang  sejatinya adalah pemiliknya itu mengambilnya kau tak kalang kabut stress emosi jiwa.

Sejatinya raga yang kini ruhmu tempati juga bukan milikmu. Tapi milikNya, kau? Hanya dipinjami, dititipi dan diamanahi untuk dipakai dan dijaga tapi bukan untuk dipunyai, sampai lupa diri. Maka semua titipan yang sekarang tengah Dia pinjami padamu, jangan dimiliki sendiri bagilah barang sedikit jika bisa lebih akan lebih baik. toh itu pula yang akan kembali pada dirimu sendiri.