Ada manusia
yang senang memberikan sinyal tentang kondisi yang dialaminya. Memberikan
pertanda tentang apa yang dirasa dan tengah dialaminya. Bisa lewat status atau
gambar BBM, whats app, line atau status media sosial dan lain-lainnya. Mulai
dari memasang gambar hitam pekat, keluh-kesah di status, mengumpat aneka kata,
karena merasa gamang nan resah dengan semuanya.
Sinyal atau pertanda yang
diperlihatkan ke publik ini, seolah mencari perhatian orang lain. Tapi faktanya
sebagian dari orang yang berlaku seperti ini justru saat ditanya tak mau
menjawab. Entah karena memang tak mau bercerita atau orang yang bertanya bukan
yang diharap dan dimaksud.
Tapi memang
setiap orang beda karakter, beda sifat juga tingkah lakunya. Tak semua orang
saat galau mau bercerita dan menceritakan lalu menumpahkan keluh kesahnya. Maka
siap-siaplah bertelinga tebal saat kau tengah mencoba ingin membantu temanmu
yang tengah galau akut namun justru dia bukan hanya diam tapi mendaratkan
kata-kata yang sedikit mengagetkan seolah tak terima dengan niat membantumu.
“Kenapa?
Tak ada kabar. Ada masalah? “
“Apa untungnya
buat anda untuk Tanya-tanya. Saya bisa sendiri, nggak usah urus masalah saya,
rasanya banyak hal lain yang penting yang
lebih baik anda urusi. Saya bisa mengurus diri sendiri”
JLEB!
Nah kalau
sudah dia bilang seperti itu baiknya diam saja, jangan justru dikasih nasihat.
Orang model ini tak mempan untuk diberi masukan saat ini. Jika kau memaksa
untuk tetap memberikan masukan maka yang terjadi adalah “Simpan saja
kata-kata anda mungkin orang lain lebih membutuhkan karena saya tak pantas dan
tak tepat menerimanya…”
Hehehe…
Kadang
memang tak semua orang senang atau suka diingatkan dalam kebaikan. Merasa
digurui dan diceramahi, merasa di siram dengan tamparan kata, merasa diajari
karena diri sudah besar, umur pun sudah dewasa. Jadi tak perlu lagi diajar-ajari orang, apalagi
digurui karena masa sekolahnya pun sudah lewat lama.
Padahal
seorang atlet profesional sekalipun membutuhkan pelatih ahli untuk membantunya
berlatih guna membantunya tetap stabil dan mahir. Tak akan bisa dia berlatih
sendiri walau sekalipun juara dunia telah dikantonginya.
Banyak hal
sebenarnya yang membuat orang galau. Mulai dari harapan dan mimpi yang belum
juga terwujud, diputus cinta, dibohongi orang terpercaya, masalah yang tak juga
menemukan titik terang, hutang dimana-mana dan lain-lainnya. Dimana semua
penyebab ini menjadi tak selera makan, tak selera mengerjakan tugas, inginnya
selalu menagis, merasa menderita, terasa ditimpa batu besar, dada terasa sempit
seolah terhimpit batu kali. Pokoknya semua tak ada enak-enaknya.
Banyak hal
juga pelampiasaan orang-orang yang tengah dirundung galau alias gelisah nan
resah. Diam menyendiri di kamar, menangis tersedu di bawah bantal, kesal dan
marah pada nyata yang harus dihadapi dan dilewati, pergi berkelana yang jauh,
curhat sesunggukan ke orang terdekat, menangis berhari-hari, marah-marah karena
kecewa berat, bahkan kalau tak kuat melewati galau bisa gila dan hilang akal
atau mati bunuh diri.
Pada intinya
galau akan terus ada dan tetap ada jika rasa syukur kita sangat sedikit dalam hidup.
Selain itu galau akan semakin menjadi-jadi saat rasa syukur kita sangat minim,
jika dipresentasekan rasa syukur tak sampai 50 persen dari pengharapan yang
telah dibuat. Makanya galau terus saja mendera, tak juga mau padam apalagi
hilang. Jadi besarkan rasa syukurmu, karena pribadi yang bersyukur tak perlu
galau saat yang dicita-citakan dan idam-idamkan belum terwujud. Yakinlah saja
semua akan baik-baik saja, terlebih rasa syukur ini akan lebih mendamaikan dan
membuat pribadi manusia menjadi kaya hati tak penuh emosi diri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar