Senin, 12 Mei 2014

REMAJA DAN PERGAULAN


   Cabe-cabean, terong-terongan, alay  menjadi label yang kini melekat di kalangan remaja. Ada yang bangga dengan label itu atau justru malu dan sinis. Namun, sayangnya hanya sedikit yang malu  dan faktanya justru mereka bangga. Karena eksistensi mereka pun bisa di akui keberadaannya di tengah kelompok atau lingkungan mereka. Mereka di anggap ada keberadaannya dan itu penting, keakuan mereka menjadi dasar bahwa dalam pergaulan harus bisa mengikuti trend terbaru jika tidak maka kau akan tertinggal jauh di belakang. Tak peduli dari mengutang, mencuri atau bahkan mencopet. Hal wajib ini harus bisa kau penuhi, antara lain: rokok, celana hotpants, motor yang dimodif, HP BB, rambut dicat, anting, minum-minuman keras bahkan tato.
Sementara mereka sendiri pun bingung dengan siapa diri mereka, identitas diri menjadi tanda tanya besar di sana. Aku siapa? Aku mau kemana? Aku harus bagaimana?. Sampai kemudian muncul pertanyaan berikutnya. Apa mereka nyaman dengan itu semua? Apa mereka merasakan bahagia dengan itu semua? Atau justru yang hadir adalah rasa bingung, cemas dan galau semata yang selalu menghantui sehari-hari. Apa sesungguhnya yang mereka rasakan saat berinteraksi dengan teman-teman di dalam pergaulannya. Sekedar asik tapi seringnya mengusik, sekedar seru tapi seringnya menyuruh, sekedar mengikuti arus  tapi seringnya terjerumus, sekedar mengikuti kata hati tapi seringnya menyakiti.
     Tak sedikit remaja yang memiliki masalah dengan keluarga, teman bahkan gurunya. Sampai kemudian mereka mencari pelampiasan dengan cara yang salah, bahkan akibatnya ada yang sampai ke penjara. Untuk mencegah hal itu, maka remaja memerlukan bimbingan dan arahan yang positif, bukan sekali dua kali diarahkan.  Misalnya sekali  ikut training motivasi lalu bisa berubah baik. Tidak bisa langsung seperti itu, tapi remaja memerlukan bimbingan yang terus menerus khususnya dari orang tua di rumah.  
Dengan menerapkan pola asuh yang baik dan mau membangun kedekatan yang kuat dengan anaknya secara intensif, pengaruh buruk pergaulan remaja bisa dicegah.  Selain  itu juga kesadaran masyarakat untuk mau bersama-masa menjaga dan membina remaja di lingkungannya bisa menjadi cara alternatif dalam menyalurkan energi remaja yang besar ke kegiatan-kegiatan positif. Jika sudah bisa seperti itu maka remaja diharapkan bisa memiliki karakter yang baik dan memfilter otomatis pengaruh-pengaruh negatif yang muncul saat berinteraksi dengan teman-teman di pergaulannya. Sehingga munculnya pengaruh buruk yang berkembang di masyarakat juga media bisa dicegah dan diantisipasi sedini mungkin.