Rabu, 29 Oktober 2014

MATI






Mati selalu mambawa haru

Bukan hanya sedih tapi duka kehilangan yang mendalam

Mengganti tawa menjadi sendu

Mengganti riang menjadi kabut

Tapi mati ternyata tak mati

Karena ada hidup setelah mati

Mati adalah awal hidup yang sebenarnya

Mati adalah gerbang pintu menuju keabadian

Jadi mati adalah awalmu menuai panen dari apa yang kau tanam

Jadi mati tak melulu harus ditangisi

Tapi diingat

Apa yang sudah dilakukan

Apa yang sudah dikerjakan

Apakah lebih banyak kebaikannya?

Atau lebih banyak keengganan juga keraguannya?

Masihkah enggan yang selalu kau turuti atau kebaikan yang mendahului dan melibas ragu?

Mati menjadi pengingat dan alarm alami yang harus selalu diingat, agar sombong dan arogansi hati tak mengikatmu terlalu kuat.

Senin, 27 Oktober 2014

NIKMAT ATAU BENCANA






“Semua nikmat yang tidak mendekatkan pada Allah, maka hakikatnya adalah bencana” (Abu Hazim)

JLEB! Kata-kata di atas sungguh menyadarkanku hakikat nikmat yang sesungguhnya. Apa yang dimaksud dengan nikmat? Apa nikmat itu hanya materi? Atau nikmat apa yang sesungguhnya benar-benar nikmat.

Sungguh semua manusia di planet biru ini butuh nikmat. Tak terkecuali binatang dan tumbuhan. Ada yang berpikiran bahwa nikmat itu ya materi, bisa punya rumah besar, mobil mewah,tabungan banyak, usaha lancar maju, rezeki banyak dan lain-lain. Ada juga yang mengatakan nikmat itu nggak melulu tentang materi, tapi nikmat bisa ibadah dengan mudah, nikmat kesehatan, nikmat bisa kumpul sama keluarga, nikmat bisa bahagia

Pantas saja, banyak orang-orang yang sudah berkucuran dan bergelimang nikmat tapi terlihat sendu menderita. Bahagianya tak sempurna, sukanya pun penuh curiga, tenangnya juga tak lama, dahaga jiwanya selalu haus dan merasa kurang tak pernah cukup. Contoh nyatanya beberapa orang kaya dan terkenal itu justru mengakhiri hidup dengan cara tragis dan menyiksa diri. Mereka mati bunuh diri, entah itu gantung diri, minum racun, ngedrugs, overdosis dan lain-lain. 

Secara kasat mata ya fren, dia udah punya segalanya dari esensi sebuah kebahagiaan. Mau apa saja tinggal ngedip, langsung datang. Mau ini itu tinggal gesek, butuh sesuatu tinggal perintah. Duit banyak cin, bahkan ada lemari plus kamar khusus buat simpan duit-duitnya. Kemewahan dan segala rupa kenikmatan dunia sangat dekat dan akrab dengan dirinya. Tapi kok ya, bisa-bisanya mati bunuh diri.

Lalu, pantas saja jikalau Abu Hazim mengatakan jika nikmat yang dimiliki justru membuat kita semakin jauh pada pemilik ruh dalam raga ini, maka hakikat  yang sesungguhnya adalah bencana. Sebuah kemegah-megahan sangat amat mudah melalaikan, kemegahan atas dunia yang sejatinya bersifat fana. Kemegahan yang diukir dengan sangat mengagumkan dan melenakan hati yang memandang sampai lalu lalai yang ada.

Lalai berlanjut dengan lupa, khilaf dan acuh, baik atas diri sendiri juga orang lain. Lalai, khilai dan acuh yang jika tak cepat dibenahi dan tak juga mau disadari maka kemudian yang ada kering hati dan gersang jiwa. Tak dapat melihat cahaya hakiki yang sejati, berada di tempat gelap tapi merasa terang benderang, merasa sepi sendiri padahal berada di tengah keramaian, menderita sendiri padahal berada pada suasana keriangan.  Semua PALSU! Laksana fatamorgana di gurun pasir.  Saat semua sudah didapat, dan semuanya sudah dimiliki tapi yang terjadi justru bukan bahagia yang hakiki tapi keringnya hati yang semakin menjadi-jadi.

 “Diantara (tanda) kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan perkara yang tidak bermanfaat baginya” (Hadist Hasan diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dan selainnya)

Selasa, 21 Oktober 2014

PILIHAN



Suatu pilihan tak harus membuatmu bingung untuk memutuskan, karena pilihan hadir bukan untuk membingungkanmu, tapi ia hadir untuk menguatkan yakinmu, menegaskan inginmu dan menjelaskan kembali akan tujuanmu.

Pilihan yang ada dalam hidup tak seperti soal pilihan ganda di sekolah. Karena tak ada penghapus saat kau hendak mengubah pilihan, atas keputusan yang terlanjur dibuat. Bahkan jika pun memang ada penghapusnya, maka hilangnya pun tak akan bersih sempurna namun menyisakan sesal dan resah atau luka yang ditimbulkan dari perasaan bersalah karena salah memutuskan suatu perkara.

Karenanya membuat dan memutuskan suatu pilihan, jangan dibiarkan asal memilih apalagi untuk perkara yang penting. Tak ada pilihan yang tak beresiko, semua pilihan memiliki konsekuensi sendiri-sendiri. Baik ringan atau berat, karena semua berlaku pada hukum sebab akibat.

Maka  jangan memutuskan pilihan berdasarkan pada ikut-ikutan semata, tanpa ada yakin di sana dan tanpa ada prinsip yang dipegang kuat. Ibarat daun di ranting pohon yang telah layu mengering, maka ia akan mudah sekali terjatuh dan patah ke bawah saat ada hembusan angin yang datang. Tanpa tahu dan tanpa mengerti bahwa angin yang datang ternyata membawa pada petaka. 

PENTING VS TIDAK PENTING



Apa ukuran penting dan tidak penting suatu persoalan bagimu?
Apa standar suatu masalah begitu penting dalam hidupmu?
Apa batasan suatu hal itu amat teramat penting untukmu?

Mungkin ini bisa dijadikan ukuran. Walau tak pasti memang, tapi setidaknya ada gambaran nyata di depan sebelum memutuskan. Jadi tak akan lagi samar, karena sudah hilang kabutnya.

Apa ini penting bagimu?
Seberapa penting?
Sangat pentingkah?
Biasa sajakah?
Bahkan  sangat tidak penting?

Jika penting tentu akan dikejar, diperjuangkan, diburu, berlari, merangkak, merunduk, bahkan sampai tersungkur pun akan dilakoninya.

Jika biasa saja, maka akan datar saja, dinomor sekiankan, dibiarkan berlalu, ditak utamakan sampai lalu berputar-putar saja pada satu keraguan yang nyata.

Jika tak penting, maka akan dicemoohkan, ditak pedulikan, diusir, menjauh untuk diacuhkan, dibiarkan pergi sampai kalau bisa tak bertemu untuk selamanya.

Maka apa perkara ini penting bagimu?

Jika masih diam berarti tak penting
Jika tetap diam berarti tak penting
Jika selalu diam berarti tak penting

Jadi, jika diam yang kau pilih
Maka biar saja itu terlepas
Berlalu
Pergi
Hilang
Bukan sementara
Tapi
Selamanya

Selasa, 14 Oktober 2014

RANTAI MUMET



Yang pengangguran mumet karena belum dapat kerjaan

Yang sudah dapat kerjaan mumet belum dapat jodoh

Yang sudah dapat jodoh mumet belum punya anak

Yang sudah dapat jodoh dan punya anak mumet belum punya rumah

Yang sudah dapat jodoh, punya anak dan punya rumah mumet belum punya mobil

Yang sudah dapat jodoh, anak, rumah, mobil mumet sama kerjaan dan utang kreditan  plus tagihan yang menumpuk menunggu untuk segera dilunasi.

Fakta-fakta di atas ini adalah rantai mumet dalam kehidupan. Rantai yang terus saja membelit manusia satu ke manusia lainnya di planet biru. Rantai yang melilitkan setiap kancingnya pada sendi-sendi di tubuh sendiri. Rantai yang membebani pikir dan hati diri akan mumetnya hidup.

LALU, Bisakah rantai ini terlepas, mengendur ikatannya bahkan syukur-syukur bisa terputus tanpa harus membuka kunci gemboknya lebih dulu?

Bisa-bisa saja sebenarnya, asalkan MAU. Semua jeratan rantai ini akan bisa hilang sekejab tanpa perlu susah payah mengambil palu untuk menghancurkannya. Tanpa perlu mencari kunci, untuk membuka gembok besarnya. Dan tanpa perlu mengkokang pistol untuk menembak gemboknya.   
 
Hanya dengan SYUKUR diri, maka rantai mumet ini akan meregang, megendur, terlepas dan lalu menghilang  tak berbekas. Dengan berSYUKUR atas apa yang didapati saat ini dan atas semua yang belum bisa didapati sekarang.