Tak perlu semua hal harus dijelaskan secara real dan nyata.
Tak harus semuanya dibuka secara gamblang dan serba
kasat mata.
Biar saja mereka mengartikan sendiri, lalu biar saja
mereka berpikir sendiri. Tentang maksud semua tulisan ini, tentang arti semua tulisan ini.
Mandirilah sendiri, tak perlu lagi penjelasan berlebih
tentang apa dan kenapa tulisan ini dibuat. Buat saja kesimpulan sendiri tentang yang dilihat dan
didengar juga dibaca. Tak perlulah kiranya meminta suapan nasi pada ibu sendiri, padahal
tangan masih bisa bergerak dan kaki masih mampu berdiri.
Tapi, kalau salah menafsirkan tulisan bagaimana? Pikiran
manusia kan beda-beda.
Biar saja begini. Walaupun tulisan yang ditulis lebih banyak absurdnya. Sampai kemudian tak banyak yang mengerti ini tulisan.
Tapi biar saja begini. Biarpun juga angka grafik di statistik
blog edit tidakk kunjung naik dan masih juga bulat telur alias tidak ada yang
berkunjung.
Biar saja dahulu. Bahkan, walau yang mengerti kadang
tak tertarik meneruskan lalu menghabiskan membaca tulisan ini. kemudian berlalu
dan pergi tanpa jejak berarti.
Tapi biar saja begini. Tetap saja menulis, entah
absurd atau tidak absurd yang utama adalah latihan jemari supaya gemulai menari
di atas keyboard, latihan otak agar lihai meramu kata dan latihan hati agar
lapang menghadapi semua.
Tak inginkah menjadi terkenal lalu puja dan puji
dimana-mana. Lalu melupakan keabsuradan ini.
Tak maukah menjadi dikenal lalu sanjung menyanjung
dimana-mana. Kemudian melupakan keabsudran ini.
Siapa pula yang ingin dipuja lalu dipuji tapi tak lama
dicaci juga dimaki. Siapa pula yang ingin di sanjung lalu menyanjung tapi di
belakang panggung etika diri tak dijunjung.
Lalu bagaimana kau mau dikenal jika masih saja absurd.
Tak komersil apalagi ngepop. Seperti kolot, tak mampu beradaptasi dan
bersosialisasi dengan perubahan yang ada dan sedang ngetrend berkembang.
Maka haruskah seragam sekolah tetap dipakai saat pergi
berenang?
Maka haruskah seragam kerja tetap dipakai saat pergi
berkebun?
Jika ditanya tentang kaya? Maka siapakah orang yang
tak ingin emas? apalagi jika emas bisa datang sendiri tanpa harus digali. Tapi
sayang emas tak berkaki, dia tak mampu berjalan sendiri dan butuh proses
panjang sebelum sampai ke lemari pribadi.
Tapi uniknya itu, menulis membawa pencerahan sendiri
buat diri pribadi. Walaupun hasil tulisan itu absurd dan tak jelas asal juga
akhirnya, walaupun juga tulisan itu aneh dan tak ada maknanya.
Tapi menulis
membawa terang di hati, seperti ada pentromak di dalam gelap gulitanya sebuah
gua di bawah gunung.
Faktanya juga luka akan mudah sembuh dengan
menuliskannya menjadi sebuah tulisan. Jadi bisa dikatakan menulis itu terapi
pengobatan buat hati tanpa perlu mengantri ke psikolog dan psikiater untuk
konsultasi.