Ia muncul
sebagai sinyal alami bahwa ada yang perlu dibenahi, karena merasa tak baik
lama-lama dalam kesalahan. Selain itu tak nyaman pula rasanya jika bertahan
dalam salah yang berusaha dibenar-benarkan. Memang kadang masalah ada saat
waktu tidak tepat, bahkan kadang ia datang bersamaan dengan masalah lainnya.
Entah itu masalah baru atau masalah lama yang sengaja dipendam sampai lalu
memunculkan masalah yang lebih besar.
Ada manusia
yang menjadi kasar karena masalah, ada juga yang menjadi lembut karena masalah.
Ada manusia
yang menjadi besar karena masalah, ada juga manusia yang menjadi kecil lalu
terpuruk karena masalah.
Ada manusia yang menjadi dewasa dan bijak karena
masalah, namun ada juga manusia yang malah menjadi keras dan membatu karena
masalah
Bukan
banyaknya materi dan banyaknya pengacara yang membedakannya dalam menyelesaikan masalah. Tapi karena
lapangnya jiwalah yang menentukannya.
Jiwa yang lapang mau mencoba membuka diri lalu mencari solusi atas masalah yang dihadapi. Bukan terus menangisi yang pergi, tapi kembali mengintrospeksi diri, satu persatu dibenahi. Tak bisa sekejab berubah cepat, tapi berproses dalam waktu dengan niat yang konsisten.
Jiwa yang sempit tak mau membuka diri, merasa benar saja selalu, menyalahkan yang lain walau kadang mengakui juga salah diri tapi tak banyak karena memang tak mau di salahi apalagi dibenahi, terlalu banyak cemas karena takut dibohongi, sampai lalu merasa terbodohi .
Padahal diri seharusnya mampu mencermati hati, tak membiarkannya berlalu sendiri, tak memperdulikannya sampai pergi nurani, tak mau tahu akan kebutuhan hati yang bukan sekedar materi, sampai kemudian hati kaku lalu mati sendiri.