Rabu, 02 Juli 2014

LAPANG JIWA

Masalah sebenarnya tak selalu hadir dalam hidup manusia. Ia tak datang, bukan karena tak diundang. Tapi masalah sebenarnya memang sudah ada sejak awal. Bukan tiba-tiba datang, bukan pula  ia tak mengetuk pintu lebih dulu, karena masalah sesungguhnya memang sudah sepaket dengan apa yang kau putuskan.  Langkah apa yang kau ambil sampai lalu kau yakini untuk dijalani, entah itu sendiri atau berdua atau juga bersama. 
 
Ia muncul sebagai sinyal alami bahwa ada yang perlu dibenahi, karena merasa tak baik lama-lama dalam kesalahan. Selain itu tak nyaman pula rasanya jika bertahan dalam salah yang berusaha dibenar-benarkan. Memang kadang masalah ada saat waktu tidak tepat, bahkan kadang ia datang bersamaan dengan masalah lainnya. Entah itu masalah baru atau masalah lama yang sengaja dipendam sampai lalu memunculkan masalah yang lebih besar.

Ada manusia yang menjadi kasar karena masalah, ada juga yang menjadi lembut karena masalah.
Ada manusia yang menjadi besar karena masalah, ada juga manusia yang menjadi kecil lalu terpuruk karena masalah.
Ada  manusia yang menjadi dewasa dan bijak karena masalah, namun ada juga manusia yang malah menjadi keras dan membatu karena masalah

Bukan banyaknya materi dan banyaknya pengacara yang membedakannya  dalam menyelesaikan masalah. Tapi karena lapangnya jiwalah yang menentukannya.

Jiwa yang lapang mau mencoba membuka diri lalu mencari solusi atas masalah yang dihadapi. Bukan terus menangisi yang pergi, tapi kembali mengintrospeksi diri, satu persatu dibenahi. Tak bisa sekejab berubah cepat, tapi berproses dalam waktu dengan niat yang konsisten.

Jiwa yang sempit tak mau membuka diri, merasa benar saja selalu, menyalahkan yang lain walau kadang mengakui juga salah diri tapi tak banyak karena memang tak mau di salahi apalagi dibenahi, terlalu banyak cemas karena takut dibohongi, sampai lalu merasa terbodohi .

Padahal diri seharusnya mampu mencermati hati, tak membiarkannya berlalu sendiri, tak memperdulikannya sampai pergi nurani, tak mau tahu akan kebutuhan hati yang bukan sekedar materi, sampai kemudian hati kaku lalu mati sendiri.