Senin, 13 Oktober 2014

KELAS AJAIB


Bermula dari rasa ingin memperkenalkan lebih dekat lagi sosok mulia ini kepada para siswa/I MI ku di sekolah. Membuatnya mengingat dan mengingat lagi siapa idola yang seharusnya menjadi teladannya. Siapa yang harus ditirunya, siapa yang harus dicontohnya dan siapa yang harus diikutinya. 

Membuka alam bawah sadar mereka, menyentuh hati mereka yang masih bersih, memeluk jiwa mereka yang masih suci pada sosok nyata yang sungguh mulia, Rasulullah SAW. Manusia hebat yang membantu manusia di bumi untuk menemukan cahaya hakiki.

Maka pagi menjelang siang, aku putuskan untuk memutarkan nasyid karya Hijjaz yang berjudul Rasulullah pada jam pelajaran Sejarah Islam. Pada awalnya sekedar ingin merefreshingkan otak siswa/I habis ujian tengah semester minggu lalu. Rasanya bosan sekali jika mereka harus kembali belajar materi, mengerjakan soal juga latihan yang sudah mereka lahap di minggu yang lalu. Lalu kuputuskan saja, materi pelajaran hari ini adalah  menulis lirik lagu nasyid Rasulullah. Simple dan penuh makna. Sekaligus juga membantu mereka  untuk lebih tahu, kenal, suka, rindu lalu mencintai Sang Nabi dengan setulus hati agar terserap masuk ke dalam sanubari.

Sebelum dimulai memutarkan lagunya dari laptop dan sound sederhana yang kubawa ke ruang kelas. Maka sedikit kuberikan intro pada mereka, melemparkan sebuah pertanyaan sederhana untuk merangsang daya pikir dan nalar mereka pada inti materi yang akan kusampaikan hari ini.

“Kenapa sih kita harus mencintai Rasulullah? Rasulullah wafat di tahun 11 Hijriah dan sekarang sudah masuk 1435 Hijriah. Berarti sudah seribu empat ratus dua puluh empat tahun yang lalu. Ia meninggalkan dunia, tapi kenapa kita masih harus mencintai dan mencontoh akhlaknya sampai saat ini. Padahal ribuan tahun telah terlewati…”

Jawaban yang terlontar dari mulut mungil mereka sederhana saja, katanya karena Rasulullah utusan Allah, karena biar masuk surga, karena Rasulullah baik, karena biar kita nggak dosa. See! Sederhana sekali bukan. Maka kubuat intro panjang untuk menjawab pertanyaan yang tadi aku ajukan pada mereka. Nanya sendiri jawab sendiri kerajinan banget ya, hehehe. 

Coba kita pikir, apa jadinya Islam jika Rasulullah itu lemah dan cengeng. Saat dilempari batu oleh Kafir Quraisy, saat dilempari kotoran oleh musuhnya, saat diludahi oleh orang yang membencinya, saat harus bersembunyi di dalam gua tsur yang gelap karena mendapat ancaman akan dibunuh oleh kaum Quraisy. Jika Rasulullah cengeng, lemah, tak kuat dan tak tegar maka Islam tak akan ada sampai saat ini. Dengan  sabar berjuang, berkorban jiwa raga Rasulullah tetap mensyiarkan Islam walau harus bertaruh nyawa. Masih ingatkah kalian, siapa yang disebut-sebut Rasulullah saat detik-detik sakaratul maut? Bukan Khadijah, bukan Aisyah, bukan Fatimah, bukan Ali bin Abi Thalib, bukan Abu Bakar Assidiq. Tapi Ummati, Ummati, Ummati. Umatnya yang tak pernah bersua dengannya tapi begitu mencintainya, umatnya yang tak pernah bertemu dengannya tapi begitu merindukannya. Maka masihkah ada alasan bagi kita untuk tidak mencintainya? Buktikanlah kalau kalian memang umatnya nabi Muhammad…”

Seluruh siswa/ I diam, walau masih ada yang tetap saja bercanda dan asik main lempar-lemparan kertas. Ya namanya juga anak-anak, setengah dari mereka bisa fokus saja sudah lumayan. Maka langsung saja, sebelum diputar lagunya aku meminta mereka untuk menunduk, merenung, lalu memejamkan mata membayangkan seolah-olah ada Rasulullah di dekat mereka.

Saat lagu itu diputar, mereka tadinya masih tertawa-tawa, senyum-senyum nggak jelas. Aku juga tak memaksa mereka untuk menangis. Tapi, AJAIB! Tak lama dua menit kemudian menunduknya mereka semakin dalam, lirik lagu nasyid ini mungkin mulai terserap ke otak dan hati bersih mereka. Dan satu persatu mata para siswa berkaca-kaca bahkan ada yang sampai meneteskan air mata. Mengalir deras pun juga ada, mereka menutup mukanya. Mungkin malu atau tak mau ketahuan, kalau mereka ikut juga terharu.

Bagiku ini sebuah bukti bahwa cinta pada Allah dan Rasulullah adalah cinta suci. Sebuah ketulusan fitrah seorang anak manusia. Mencintainya tanpa pernah bertemu denganNya. Bukan cinta karena melihat  tampan wajahnya, bukan cinta karena harta berlimpahnya, bukan cinta karena fisik indahnya. Ini sebuah cinta suci  tanpa nafsu,  buktinya mereka anak-anak saja bisa menangis dan tersedu sedan saat mendengarkan lagu ini. Merenungi setiap bait liriknya, meresapi maknanya. Entah apa yang dipikirkan mereka saat mendengar lagu ini, lalu menangis terharu dan menunduk lama. Mungkin sebatas terharu, atau sebatas tersentuh bahkan sebatas malu saja. Jadi tak mengapa kan jika siang itu kusebut kelas ajaib, karena memang biasanya mereka tak akan mampu berlama-lama duduk di kursi masing-masing, apalagi saat harus mendengarkan ceramah materi  atau mengerjakan latihan. Tapi siang tadi, suasananya senyap, tak ada yang beranjak dari kursi, karena mereka menunduk malu atau terharu? entahlah...


Tapi semoga ini bisa menjadi bibit baru yang bisa tumbuh di hati mereka untuk lebih tahu dan mencintai RasulNya. Sehingga kelak bibit ini bisa bertumbuh, bertambah lalu berkembang dengan baik di sanubari mereka, bahwa jangan mudah menyerah berjuang, jangan mudah berputus asa, ingatlah bahwa ada Rasulullah yang kelak akan menanti di pintu syurga menyambut UmatNya yang mencintai dan merindukannya. 


Lirik Lagu Rasulullah - Hijjaz
Album : Cahaya Ilahi

Rasulullah dalam mengenangmu
Kami susuri lembaran sirahmu
Pahit getir perjuanganmu
Membawa cahaya kebenaran

Engkau taburkan pengorbananmu
Untuk umat mu yang tercinta
Biar terpaksa tempuh derita
Cekalnya hatimu menempuh ranjaunya

Tak terjangkau tinggi pekertimu
Tidak tergambar indahnya akhlak mu
Tidak terbalas segala jasa mu
Sesungguhnya engkau Rasul mulia

Tabahnya hatimu menempuh dugaan
Mengajar erti kesabaran
Menjulang panji kemenangan
Terukir nama mu di dalam Al-Quran

Rasulullah kami umatmu
Walau tak pernah melihat wajah mu
Kami cuba mengingatimu
Dan kami cuba mengamal sunnah mu
Kami sambung perjuanganmu
Walau kita tak pernah bersua
Tapi kami tak pernah kecewa
Allah dan Rasul sebagai pembela

BUNGA KERTAS



Bahagia itu katanya sederhana. Tapi tak semua kesederhanaan bisa membuat bahagia. Karena buktinya orang miskin tak mau berlama-lama dan betah pada kemiskinan yang memaksa mereka untuk hidup sederhana dan serba pas-pasan.

Tapi bukan berarti bahagia itu sebatas hanya pada memiliki materi. Karena yang memiliki materi saja kadang merasa menderita karena takut juga was-was hartanya hilang dirampok atau raib disita KPK.

Maka bagiku saat ini bahagia itu adalah melihat bunga kertas (bougenvil) di samping rumah bisa berbunga. Karena sudah lama sekali ia hanya berbatang dan berdaun hijau, lengkap dengan duri yang panjang di setiap batang pohonnya. Sampai kemudian dia layu tak ada gairahnya, akibat dari lalaiku yang sering sok sibuk sampai lupa mengobati hausnya. Entah sudah berapa minggu yang ia lewati tanpa guyuran air segar.

Bunga kertas di samping rumah ini tumbuh di atas pot besar dan bukan di atas tanah langsung yang bersentuhan dengan bumi. Maka akibatnya gerak dia pun agak terbatas dan terhambat dalam mendapatkan zat hara yang dibutuhkanya untuk terus tumbuh. Jadinya ia pun sering layu dan mudah lesu jika sehari saja tak disiram.

Akibat sok sibuknya diri yang lalai ini, sampai lalu mengabaikannya hingga ia terus saja melayu. Daunnya  lemah, batangnya layu, rantingnya rapuh, tanahnya kering, akarnya gersang. Ahh, betapa mirisnya aku saat ke samping rumah untuk mengambil handuk, lalu tak sengaja melihat dia yang lusuh karena telah terabaikan dan terlupakan.

Maka kini setiap pagi menjelang, kuambil air seteko untuk memenuhi dahaganya. Agar mampu tetap bertahan saat sinar matahari menghantamnya seharian. Sambil kuusap batang daunnya lalu sedikit berbisik padanya “Teruslah bertumbuh lalu berbungalah yang indah. Berilah tahu padaku bahwa kau mampu merasakan hadirku, dengan memunculkan kelopak bunga kertasmu. Jika tak bisa hari ini, esok, lusa, minggu depan bahkan bulan depan juga tak apa-apa…”

Dan tak lama kemudian, saat sore hari menjelang. Kutemui ia dengan penampilan yang berbeda. Bunga kertasku telah menampakkan indahnya. Banyak kelopak bunga di ujung batang-batangnya. Dengan warna orange dipadu jingga tampilannya kini sungguh menawan hati. Senyumku mengembang melihatnya kini, ia telah memberikan tahu dan tanda bahwa benar ia merasakan hadirku setiap  pagi.

Ahh, indahnya bunga kertas ini, kau memang tak bermulut sampai lalu bisa berbicara. Tapi aku tahu kau adalah mahluk hidup yang bernyawa dan bisa merasakan semua yang ada di sekitarmu. Maka ucapan terimakasihku pun kurasa tak mampu memenuhi  dan membalas semua karuniaNya padamu. Jadi baiknya tetap saja berusaha untuk rutin memelihara lalu merawatnya, karena secara tak langsung indahnya bunga kertas ini, bisa menjadi salah satu penghiburku dikala nanti bosan datang menghampiri.