Selasa, 20 Mei 2014

ANEKA RASA HATI

Ajaib benar hati, aneka rasa ada di sana!
Bukan rasa mangga, jeruk apalagi strawberi. Tapi rasa yang tak bisa dikecap lidah namun bisa dirasakan oleh hati.

Suka duka haru bahagia sedih senang tangis gembira benci ceria marah kesal nestapa cinta takut gelisah galau resah khawatir ada di sana. Di hati. Kau bisa tenang jika hatimu sedang baik, kau pun bisa gelisah jika hatimu sedang di rundung masalah, kau juga bisa ceria jika hatimu sedang merasakan bahagia, lalu kau bisa nestapa jika hatimu sedang di terpa duka. Dan matamu tidak akan bisa terpejam pulas  jika hati sedang resah memikirkan sesuatu.

Lalu hati bagaimana bisa dalam sehari kau berganti rasa? Pagi ceria, siang marah-marah, sore senang lalu malam kesal penuh emosi. Kau tak malu dibilang plin-plan? Tak bisa konsisten dan tak punya prinsip hidup. Karena senang sekali berubah sesuka hati. Bukan hitungan hari saja kau mudah berubah seperti bunglon.Bahkan dalam hitungan detik, suasana  HATI bisa berubah. Sesuai dengan seperti apa situasi dan kondisi yang sedang di hadapinya. Dan malah rasa di HATI bisa juga berubah karena pengaruh dari  lawan bicara. Tadinya sih biasa saja, nggak emosi tapi karena lawan marah-marah maka terpancinglah ia ikut terbawa emosi bahkan kadang bisa lebih tinggi lagi emosinya.  Hmmm… 

Duhai hati, seandainya kau mampu konsisten dan fokus, maka akan indah dunia terasa setiap hari. Memilih satu saja dari sekian banyak rasa. ceria saja selalu, senang dan bahagia senantiasa, suka dan penuh cinta setiap saat, gembira dan suka setiap hari. Tak ada marah, tak perlu emosi, tak usah kesal, tak  ada duka sehingga pasti tak akan ada nestapa. 
Namun sayangnya manusia tak mampu seperti itu, karena ada nafsu di sana. Manusia bukan malaikat yang tak dititipi nafsu oleh penciptaNya. Manusia juga berbeda dengan Jin yang selalu saja bernafsu pada sesuatu hal. Tapi manusia adalah mahluk yang mampu berpikir mana nafsu yang baik dan mana nafsu yang buruk. Mana nafsu yang bisa menghidupkan hatinya atau nafsu yang akan membuat hatinya menjadi mati.

HATI kadang tak selalu bisa berlaku lurus dan tak memperhatikan sekitar. Karena hati  memiliki banyak teman. Ada mata, ada telinga, ada mulut, ada hidung dan ada kulit. Jika kau melihat yang indah maka hati menjadi senang, jika kau mendengar dirimu dibicarakan orang lain di belakangmu maka hati berubah emosi, jika kau tahu ada temanmu yang tak bisa menjaga mulutnya lalu menghinamu  maka hati bergejolak penuh amarah,  lalu jika hati mencium aroma harum parfum tetiba hati menjadi rileks, kemudian jika kulitmu merasa sakit tergores atau luka maka hatimu pun berubah sedih.

Tapi percayakah kau bahwa ternyata ada HATI yang bisa tetap tenang dalam situasi apapun, bahkan dalam kondisi genting diterpa amarah dirundung duka diuji derita, ia bisa tetap tenang. Marahnya tak berlebihan, emosi terjaga, sedihnya biasa saja bahkan bahagianya pun sederhana. Semua dirasanya biasa saja. Bersih  dari noda, jauh dari cela, menghindar dari dosa. 

Ada ANALOGI yang bisa jadi ujicoba apakah hati kita termasuk yang masih HIDUP atau MATI?

Asinnya air laut tak mampu menyerap ke dalam daging ikan, namun bila ikan sudah mati secubit garam pun sudah cukup untuk mengasinkannya. Laksana hati manusia, hati yang HIDUP akan sukar atau sulit untuk dinodai, disakiti dan dipengaruhi. Namun bila HATI sudah mati, maka akan mudah sekali untuk dipengaruhi sampai kemudian tersakiti.
 
Wahai HATI dari apa kau terbentuk? Tercipta sempurna dengan aneka rasa di sana. Terbuat indah dengan kekaguman yang tak terduga. Wahai HATI sudilah kiranya kau mampu menjaga rasa untuk tetap pada kebaikan jauh dari keburukan dekat pada keikhlasan dan jauh dari kemunafikan.

SAKIT HATI

Sakit hati itu tak enak
Apalagi jika kau sendiri yang merasa itu

Sementara dia
Tak ada rasa apa-apa bahkan menyesal atau menangis pun   tak ada
Biasa saja, dia merasa semua baik-baik saja

Lalu kau
Kau merasa dunia runtuh karena sakit hati, tangis mendera, sedih penuh nestapa
Sementara dia?
Datar saja, masa bodoh tak peduli
Semua santai merasa baik adanya

Lalu, siapa yang bodoh?
KAU!
Terlalu geer dibuat, hati melambung terlalu tinggi, angan terasa terbang membiarkan semuanya hanyut dalam bayang yang dirasa indah
Sampai semu kemudian
Lalu hanya sesal yang nyata kini!

Maka kembalilah untuk berpikir!
kembali waras, kembali normal dan kembali pada dunia NYATA. 
Anggap saja itu sebagai seleksi alam yang memang harus kau dilewati.

Buka mata dan dengar nurani
Kau ada bukan untuk sia-sia, apalagi PERCUMA.
Tapi kau ada untuk memberi karena kelak kau akan kembali pergi. 
Maka jejak apa yang akan kau tinggalkan di sini? 
Di BUMI. Sebelum menuju hidup abadi, kembali pada Ilahi.

Senin, 12 Mei 2014

REMAJA DAN PERGAULAN


   Cabe-cabean, terong-terongan, alay  menjadi label yang kini melekat di kalangan remaja. Ada yang bangga dengan label itu atau justru malu dan sinis. Namun, sayangnya hanya sedikit yang malu  dan faktanya justru mereka bangga. Karena eksistensi mereka pun bisa di akui keberadaannya di tengah kelompok atau lingkungan mereka. Mereka di anggap ada keberadaannya dan itu penting, keakuan mereka menjadi dasar bahwa dalam pergaulan harus bisa mengikuti trend terbaru jika tidak maka kau akan tertinggal jauh di belakang. Tak peduli dari mengutang, mencuri atau bahkan mencopet. Hal wajib ini harus bisa kau penuhi, antara lain: rokok, celana hotpants, motor yang dimodif, HP BB, rambut dicat, anting, minum-minuman keras bahkan tato.
Sementara mereka sendiri pun bingung dengan siapa diri mereka, identitas diri menjadi tanda tanya besar di sana. Aku siapa? Aku mau kemana? Aku harus bagaimana?. Sampai kemudian muncul pertanyaan berikutnya. Apa mereka nyaman dengan itu semua? Apa mereka merasakan bahagia dengan itu semua? Atau justru yang hadir adalah rasa bingung, cemas dan galau semata yang selalu menghantui sehari-hari. Apa sesungguhnya yang mereka rasakan saat berinteraksi dengan teman-teman di dalam pergaulannya. Sekedar asik tapi seringnya mengusik, sekedar seru tapi seringnya menyuruh, sekedar mengikuti arus  tapi seringnya terjerumus, sekedar mengikuti kata hati tapi seringnya menyakiti.
     Tak sedikit remaja yang memiliki masalah dengan keluarga, teman bahkan gurunya. Sampai kemudian mereka mencari pelampiasan dengan cara yang salah, bahkan akibatnya ada yang sampai ke penjara. Untuk mencegah hal itu, maka remaja memerlukan bimbingan dan arahan yang positif, bukan sekali dua kali diarahkan.  Misalnya sekali  ikut training motivasi lalu bisa berubah baik. Tidak bisa langsung seperti itu, tapi remaja memerlukan bimbingan yang terus menerus khususnya dari orang tua di rumah.  
Dengan menerapkan pola asuh yang baik dan mau membangun kedekatan yang kuat dengan anaknya secara intensif, pengaruh buruk pergaulan remaja bisa dicegah.  Selain  itu juga kesadaran masyarakat untuk mau bersama-masa menjaga dan membina remaja di lingkungannya bisa menjadi cara alternatif dalam menyalurkan energi remaja yang besar ke kegiatan-kegiatan positif. Jika sudah bisa seperti itu maka remaja diharapkan bisa memiliki karakter yang baik dan memfilter otomatis pengaruh-pengaruh negatif yang muncul saat berinteraksi dengan teman-teman di pergaulannya. Sehingga munculnya pengaruh buruk yang berkembang di masyarakat juga media bisa dicegah dan diantisipasi sedini mungkin.     

Kamis, 08 Mei 2014

Para Pencari Ilmu



Aku bisa melihat aneka karakter manusia di sini, dengan lalu lalang orang yang terus bergerak, kaki yang selalu melangkah, satu berhenti dua orang berlari, tiga orang duduk berdiskusi, lima orang keluar kelas, satu orang membaca buku di teras, enam orang sibuk dengan hape dan laptop, sepuluh orang  menjinjing buku tak hanya dua bahkan tiga. 

Derap langkah mereka para pencari ilmu, pecinta wawasan, pengagum teori, atau penganut peningkatan karir dalam title pendidikannya. Ya semua adalah hak yang bisa mereka pilih, mana yang cocok dan sesuai hati, tak ada paksaan untuk itu. Aku pun sama ikut memilih dengan konsekuensi yang harus ditanggung sendiri.

Seperti tercebur disini, tak ada rencana matang yang dibuat, hanya memang dulu aku pernah menulis di buku dalam daftar mimpiku untuk bisa kembali kuliah. Alhamdulillah kini bisa terwujud sempurna. Seperti ada dorongan tak kasat mata yang tiba-tiba mendorongku untuk kembali duduk di kursi menghadap papan tulis dan layar infocus. Membuka mata dan telinga mendengar para manusia bersandang doktor dan professor berceramah, di kampus pasca sarjana.

Dosen yang mengajar beragam sikap dan sifat. Ada yang sekedar mentransfer ilmu, membagi informasi, memberi tugas dan melempar diskusi. Ada juga yang bersifat sedikit disiplin mengatur cara belajar dan busana mahasiswanya. Ada juga yang jarang datang dan meminta mahasiswanya belajar mandiri.  Bahkan ada yang sering kali curhat pribadi ketimbang mengkorelasikan teori dengan praktek yang terjadi di lapangan. Tapi tak jarang ada juga yang benar-benar mendidik mahasiswanya untuk selalu belajar mandiri, mempelajari potensi diri, menggali bakat dan meningkatkan kemampuan diri.

Aneka macam materi yang diberi, mulai teori, isu-isu terkini sampai curhat pribadi. Ada kuliah yang membawa pencerahan dan angin segar untuk mahasiswanya terus semangat tapi ada juga yang membawa angin lalu alias lupa akan materi kuliahnya. Awalnya kusangka pasca sarjana kumpulan manusia serius yang haus ilmu, dengan pikiran dewasa dan jauh ke depan demi meraih masa depan gemilang. Namun faktanya tak bisa digeneralisir seperti itu, karena contek mencotek pun masih berlaku di sini, jika mental dan karakter manusianya memang tak mau repot ambil pusing atau bahasa jermannya seena'e dewe. Tapi tak semua seperti itu, karena banyak juga yang visioner dan pembelajar sejati. Banyak ilmu di otaknya, bicaranya pun fasih saat mempresentasikan materi laksana dosen sungguhan.

Semua menyenangkan bagiku, berada dalam kelas para pencari ilmu. Berada dalam satu kelas bersama aneka karakter manusia dengan model belajar yang berbeda. Ada yang sibuk sendiri dengan ketak-ketik suara laptop , ada yang asik dengan tulis menulis kertas mencari variabel metode penelitian, ada yang diskusi serius bersama kelompok atau asik dengan laptop entah membahas materi kuliah atau copy mengcopy film terbaru.  Bahkan ada yang seru sekali berdiskusi tentang teman sendiri yang dirasa sering mangkir mengerjakan tugas kelompok.

Usia mereka pun beragam, ada yang sudah punya cucu, ada yang sudah setengah abad, ada yang tengah memasuki puber kedua, ada juga yang repot dengan anak pertama yang sering sakit-sakitan, ada lagi yang berusia di masa-masa gundah gulana mencari pasangan hati, juga bahkan ada yang baru lulus kuliah S1 lalu diminta orang tuanya langsung lanjut S2. Bagi yang baru lulus S1 langsung ke S2 ini, wajahnya masih sangat terlihat muda, bahkan dipakaikan seragam SMA pun masih pantas-pantas saja. 

Kemudian yang ku mulai amati adalah tentang kinerja mereka akan pelajaran yang mereka alami. Ada yang sibuk menenteng aneka buku mata kuliah, di taruh di dalam plastik besar karena capek menenteng dan tas sudah penuh dengan laptop juga perbekalan, ada lagi yang santai saja masuk kuliah tanpa persiapan. Otaknya kosong bahkan bersih tak terisi, ia hanya siap untuk duduk dan membuka telinga berusaha menyerap materi walau sebenarnya dari tadi jemarinya sibuk mengetik sms karena ada yang diurusi. Sampai kemudian ia bingung sendiri dengan aneka istilah materi perkuliahan dan tugas yang diberi sang dosen. Dan akhinya pada mbah googlelah ia mencari tahu jawabannya karena sudah lama mengernyitkan dahi namun tak jua mengerti maksud sederet kalimat dan slide yang ditampilkan pemberi materi.

Bahkan ada yang santai saja mengobrol saat dosen memberi penjelasan, namun ada juga yang terus menulis perkataan sang dosen. Berharap tulisannya ini bisa menjadi senjata ampuh saat musim UTS atau UAS datang. Ada juga yang terlihat santai tak memperhatikan tapi begitu pintar saat melempar pertanyaan bahkan ia mampu menjawab secara sistematis dan baik dari pertanyaan-pertanyaan sang dosen dan teman lainnya. Dan ternyata ia memang telah melahap aneka buku dan jurnal ilmiah sebelumnya, saat ditanya bagaimana bisa otakmu begitu cepat nyambung dengan materi dan istilah-istilah asing yang diumbar sang dosen. Saya suka belajar, hanya itu jawabannya. Simple tapi tepat sasaran. 

Lalu adakah skill yang bertambah bagi mereka para penyandang  pasca sarjana ? 
Adakah perubahan positif yang signifikan bagi mereka mahasiswa S2?
Adakah nilai lebih bagi mereka yang bergelar magister dibanding yang hanya strata satu?


Kau yang tentukan sendiri!