Setiap hari
bergelut pada sesuatu hal yang dekat dengan kematian, tidak bisa dipastikan
orang itu akan ingat pada mati yang sebenarnya. Tak bisa dipastikan mereka yang
bekerja dan beraktifitas pada kegiatan yang berhubungan dengan kematian, akan
ingat mati dan berhati-hati dengan mati. Atau bahkan mempersiapkan bekalnya
untuk menuju mati.
Tukang gali
kubur, sumringah bukan kepalang saat mendapat kerjaan menggali tanah kubur
Jum’at pagi ini. Tiga orang tukang gali kubur terus saja menggali tanah
pemakaman, sambil asyik mengepul rokok di jemari tangannya. Tak hirau dan tak
peduli adzan dzuhur untuk shalat Jum’at telah berkumandang memanggil para
lelaki juga pemuda memenuhi kewajibannya. Mereka cuek dengan itu dan tak peduli
pada bekal kematiannya padahal liang lahat
dihadapinya setiap hari.
Petugas
kesehatan di rumah sakit rasanya sudah lumrah melihat manusia menghembuskan
nafas terakhirnya, melihat manusia berjuang sesak nafas menderita sebelum maut
datang, melihat segala macam penyakit ganas yang menyerang anak manusia seolah
pertanda ajal telah dekat. Mereka yang bekerja di sana sudah terbiasa melihat
keranda di gotong, ambulance mobil jenazah meraung, dan mereka terbiasa dengan
itu semua. Tapi tak semua dari mereka mau berbekal untuk itu, malah terdapat
dari mereka yang asik saja dengan nikmat senang jua hura-hura hingga lupa dan lalai
untuk berbekal.
Adakah
diantara kalian yang setiap hari beraktifitas bekerja melewati area pemakaman.
Pulang-pergi lewat rute yang sama dikalikan lima hari dalam seminggu. Dikalikan
sebulan lalu setahun lalu bertahun-tahun. Tapi sadarkah kita pada mati?
Ingatkah kita pada mati saat lewat pemakaman setiap hari. Sadarkah kita kelak
akan menempati tanah 2x2 meter di salah satu sudut area pemakaman. Rasanya
jarang dan tak semuanya mau mencoba menalar lalu berbekal tentang ini.
“Banyak
orang berpikir bagaimana caranya untuk hidup yang baik, tapi mereka lupa
bagaimana cara untuk mati yang baik” KH. Hasan Abdullah Sahal
Tidak ada komentar:
Posting Komentar