Banyak lelaki tapi tak seperti lelaki. Katanya
menafkahi tapi sebatas jasmani dan melupakan ruhani.
Banyak wanita tapi tak seperti wanita. Cantik secara
fisik tapi lisannya lebih sering berbisik sampai mengusik
Banyak guru tapi tak seperti guru. Karena berperilau
tak pantas ditiru
Banyak pejabat tapi tak seperti pejabat. Karena
seringkali berbuat hal-hal yang tak bermartabat
Banyak pelayan Negara tapi tak seperti pelayan Negara.
Karena lebih senang mempersulit
daripada melayani
Banyak orang kaya tapi tak seperti orang kaya. Karena
punya harta tapi sering merasa menderita tak bahagia
Banyak karyawan tapi tak seperti karyawan. Karena
bekerja dengan terpaksa hanya demi harta hingga haus jiwa
Banyak rumah tapi tak seperti rumah. Tak teduh karena
para penghuninya sering acuh dan berlalu
Banyak orang dewasa tapi tak seperti orang dewasa. Tak
mau dibilang tua, merasa muda seolah masih remaja
Banyak mahasiswa tapi tak seperti mahasiswa. Lupa diri
menjadi agen perubahan karena lebih senang mencari kerja
Banyak pelajar tapi tak seperti pelajar, karena lebih
senang tawuran lalu hajar menghajar sampai bersikap pun menjadi kurang ajar
Sebuah ironi di
negeri sendiri, tentang diri dan banyak pribadi yang sering kali bangga diri,
padahal tak ada yang dilakui, agar mampu instropeksi dan tak lagi menghakimi.