Rabu, 10 September 2014

RUMPUT TETANGGA



Hijaunya rumput tak selalu menyejukkan mata, hijaunya rumput tak otomatis meneduhkan mata. Malah bisa jadi, bukan sejuk apalagi teduh yang dirasa setelah melihat rumput, tapi rasa iri, melas dan paling menderita sendiri yang didapat. Kok gitu? Kenapa bisa begitu? karena yang dilihat adalah rumput tetangga, yang lalu dibandingkan dengan rumput yang tumbuh di halaman sendiri.

Menjadi hal keren dan seru yang mengasikkan kalau bisa melakukan sesuatu yang belum pernah kita lakukan dan kita impikan.  Rasanya seru melihat orang lain bisa kerja sambil jalan-jalan keliling pulau-pulau di Indonesia, rasanya keren bisa kerja di lingkungan Istana mendampingi Pak Presiden bertugas memimpin Negara, rasanya hebat bisa menjadi artis terkenal jago berakting, bernyayi dan banyak uang, rasanya gagah bisa memakai seragam PNS bekerja di kementerian ternama, rasanya oke bisa kerja di bank dengan gaji lumayan.

Faktanya semua ini tak sekeren yang dibayangkan. Kita bilang ini keren karena memang belum merasakannya, kita tak berada di dalamnya, kita tak bisa berada di sana. Coba kalau sudah ada di dalamnya maka yang terdengar adalah kata CAPEK! Kata itulah yang terlontar dari mulut mereka.  Kok ya bisa? Ternyata benar kalau rumput tetangga memang lebih hijau dan bikin silau. Padahal kan enak kerja sambil jalan-jalan, padahal kan keren bisa kenal pak presiden, padahal kan hebat bisa masuk PNS, padahal kan hebat jadi artis banyak duit. Kenapa bisa capek sih? Kan susah loh gak semua orang dan sembarang orang bisa kaya gitu. Emang iya, tapi namanya kerja ya capek. Nggak ada kerja yang nggak capek. Semua membawa beban dan tanggung jawab yang besar dan beresiko.

Apalagi jika kerjaan ini memakan banyak waktu, membutuhkan energi lebih, sering mengorbankan perasaan sendiri, tak sesuai kata hati, di bawah tekanan, tak bebas berpendapat, di jegal sana-sini, penjilatan dimana-mana, teman makan teman, tak sesuai passion, tak ada imbalan berlebih, tak ada waktu bersama keluarga dan lain-lainnya.

Maka jikalau kini kau merasa menderita dan terasa rumput tetangga di sekitarmu lebih hijau. Cobalah menunduk sejenak lalu pejamkan mata. Hijaunya rumput tetangga, masih lebih hijau rumput di halaman sendiri jika kau mau dengan sepenuh hati merawat, menyirami dan memupuknya. Agar bisa tumbuh dengan indah, subur bahkan menumbuhkan bunga. Namun sayangnya, karena kau acuh lalu pura-pura lupa tak peduli padanya, kemudian kau pun merasa rumput tetangga lebih hijau dan bagus. Padahal tanpa kau tahu lebih dalam, rumput tetangga di sana telah mengering, gersang dan tak terurus. Jadi masihkah kau ingin menukar hidupmu dan menjadi orang lain?

Tidak ada komentar: