Ada yang menggeliat di hati, sebuah keraguan akan
pilihan hidup. Baikkah ini, burukkah itu. Sebuah keraguan yang terus saja
mengendap di pikiran. Apa yang ini atau yang itu. kenapa begini, kenapa begitu.
keraguan yang semakin hari semakin membesar macam bola salju yang menggelinding
dari puncak gunung menuju bawah bukit. Jika terus saja meragu maka tanda Tanya itu
semakin lebar dan meluas sampai lalu berpikir yang tidak-tidak. Tentang ini dan
itu, bagaimana jika nanti begini, bagaimana jika nanti begitu. Sampai kemudian tak
ada jawaban atau putusan yang diambil karena tetap saja meragu. Bukan karena
tak mau tapi takut ini dan itu. Tak ada yakin disitu karena rasa takutnya lebih
besar dari keberaniannya, ia menciut bersama ragu. Semakin hari semakin besar
ragunya padahal waktu terus saja berjalan maju dan tak sudi mundur untuk
mengulang.
Maka kiranya buang dulu saja ragumu, beri jawabmu pada satu
hal yang telah terjadi agar gelap berganti terang, agar buram berubah jelas, agar gundah menjadi
tenang. Jangan dulu turuti nafsu untuk meragu, karena tak baik membuat
menunggu. Apalagi jika hanya karena malu lalu membiarkannya sampai berdebu dan
tak sadar bahwa ragu dapat mengubah warna yang semula cerah menjadi hitam pekat membiru.
Geliat ragu yang terus memburu ini terasa seperti
hantu di malam kelabu, yang ingin mencari tahu tentang sebuah keputusan tapi
kemudian semua berlalu seperti salju yang terus membeku bukan karena tak ada
panas matahari tapi memang sengaja dibuat begitu karena tak ada keberanian
di kalbu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar