Selasa, 12 Agustus 2014

GELIAT RAGU



Ada yang menggeliat di hati, sebuah keraguan akan pilihan hidup. Baikkah ini, burukkah itu. Sebuah keraguan yang terus saja mengendap di pikiran. Apa yang ini atau yang itu. kenapa begini, kenapa begitu. keraguan yang semakin hari semakin membesar macam bola salju yang menggelinding dari puncak gunung menuju bawah bukit. Jika terus saja meragu maka tanda Tanya itu semakin lebar dan meluas sampai lalu berpikir yang tidak-tidak. Tentang ini dan itu, bagaimana jika nanti begini, bagaimana jika nanti begitu. Sampai kemudian tak ada jawaban atau putusan yang diambil karena tetap saja meragu. Bukan karena tak mau tapi takut ini dan itu. Tak ada yakin disitu karena rasa takutnya lebih besar dari keberaniannya, ia menciut bersama ragu. Semakin hari semakin besar ragunya padahal waktu terus saja berjalan maju dan tak sudi mundur untuk mengulang.

Maka kiranya buang dulu saja ragumu, beri jawabmu pada satu hal yang telah terjadi agar gelap berganti terang, agar  buram berubah jelas, agar gundah menjadi tenang. Jangan dulu turuti nafsu untuk meragu, karena tak baik membuat menunggu. Apalagi jika hanya karena malu lalu membiarkannya sampai berdebu dan tak sadar bahwa ragu dapat mengubah warna yang semula cerah menjadi hitam pekat membiru.

Geliat ragu yang terus memburu ini terasa seperti hantu di malam kelabu, yang ingin mencari tahu tentang sebuah keputusan tapi kemudian semua berlalu seperti salju yang terus membeku bukan karena tak ada panas matahari tapi memang sengaja dibuat begitu karena tak ada keberanian di kalbu.

Tidak ada komentar: