Senin, 18 Agustus 2014

HIDUP NORMAL



Zaman dulu sebelum ada gadget, manusia hidup normal, bisa saling berinteraksi dengan baik dan menghargai. Kalau bicara ya melihat ke lawan bicara, kalau makan ya fokus ke piring, kalau jalan ya lurus pandangan ke depan, kalau menonton televisi ya lihatnya ke televisi, kalau dosen sedang menjelaskan juga konsentrasi ke dosen, kalau mengobrol ya saling nyambung pada topik yang dibahas dan kalau sebelum tidur ya baca doa lebih dulu. Tapi sekarang BEDA, saat gadget sudah menjadi candu bagi individu. Saat gadget atau smartphone menjadi begitu penting pada hidup manusia. Bisa dibilang tak terpisahkan dan sulit untuk dilupakan. 

Pada awalnya segala jenis perangkat dan aplikasi gadget adalah untuk memudahkan urusan hidup manusia dan tambahan lainnya seperti hiburan/games untuk mengusir kebosanan, kejenuhan manusia pada saat momen-momen tertentu seperti saat menunggu, mengantri, macet atau sekedar iseng mengisi waktu luang.

Namun faktanya kini gadget hadir bukan lagi pada momen tertentu semata, tapi ia datang pada setiap momen saat sedang berkegiatan atau di waktu luang. Artinya gadget bukan lagi dianggap sebagai pembantu dalam memudahkan urusan tapi kini berubah menjadi pelengkap hidup bahkan penyempurna hidup manusia. Jika sudah dianggap seperti itu, maka bisa dikatakan manusia tersebut tak bisa jika hidup tanpa gadget. Alhasil mereka pun akan merasa mati gaya, panik ngga bisa apa-apa, bingung mau melakukan apa, bosan tak ada hiburan, dan akan sangat bosan saat harus menunggu tanpa gadget di tangan.

Segala aplikasinya membuat (katanya) hilang jenuh dan hiburan pengusir sepi, segala programnya membuat (katanya) penyambung silaturahmi, segala perangkatnya (katanya) memudahkan dan menyelesaikan semua urusan. Sampai kemudian lupa pada sekitar kita, pada yang dekat dengan kita, pada yang ada di depan mata kita, dan acuh pada yang ada di dalam rumah kita (ibu,bapak,kakak, adik). Bisa dibilang mendekatkan yang jauh tapi sayangnya justru malah menjauhkan yang dekat, sehingga merasa terasing di lingkungan sendiri.

Kalau mengobrol sering kali sibuk sendiri menunduk tak peduli, pada lawan bicara di depan. Kalau makan tak bisa fokus hanya ke piring. Kalau jalan pun tak bisa lurus pandangan ke depan apalagi bisa sampai saling sapa dan tersenyum saat tak sengaja berpapasan dengan teman di jalan. Kalau menonton televisi juga tak bisa hanya melihat layar televisi. Kalau  dosen sedang menjelaskan juga rasanya sulit dan tak mampu konsentrasi pada materi dosen, sampai jemari ketak-ketik sibuk pada hp sendiri. Kalau  sebelum tidur pun sering kali bukan doa yang dibaca lebih dulu sebelum memejamkan mata, tapi gadget yang selalu setia berada di dekat kepala. Hingga saat mata terbuka di pagi hari pun, gadget menjadi yang pertama kali dicari.  Dan  bukanlah ucapan syukur dan doa untuk mengawali hari.

Terlebih bagimu kaum sebangsaku (perempuan), hati-hati dengan gadget barumu dengan aplikasi chattingnya yang (katanya) seru, untuk membunuh waktu agar tak jemu. Janganlah kamu mudah percaya karena banyak tipu-tipu disitu, jangan pula terlanjur terpaku pada teman chattingmu yang mengaku rindu di gadget barumu, mengumbar janji syahdu dan butuh sangat akan dirimu, tapi tak berani bertemu pada walimu. Sampai lalu barulah kamu tersadar dan tahu bahwa semua adalah harapan palsu yang semu.  

Sehingga tak ada lagi hidup normal, yang ada hanya manusia-manusia dengan kepala selalu menunduk, bukan bermaksud rendah hati tak mau disangka sombong. Tapi mereka terlanjur terpaku pada aplikasi yang terasa seru hingga lalu menjadi candu, dan tak sadar itu adalah keliru. Bahwa gadget baru di depanmu tak akan bisa menjadi guru yang baik bagimu, apalagi pengusir ragu dan gelisahmu. Terlebih lagi gadget barumu itu tak selalu bisa jadi penghibur dukamu, karena obat rindu adalah bertemu dan obat kegundahan hati adalah kembali pada Allahurabbi. (qr)

Tidak ada komentar: