Adakah sihir di sini? Di buku bersampul merah jambu.
Dengan judul Malu Aku Jadi Orang Indonesia. Begitu dalam daya
pikirku yang tenggelam di sana. Bersama kumpulan kata hingga tak peduli
panggilan ibunda yang minta tolong dibelikan lada.
Seolah menemukan telaga di sana. Di buku terbitan Yayasan
Ananda. Tak ada mantra padahal, tapi jiwa terlanjur terkulai bersama, mengagumi
kata demi kata, yang seolah-olah bicara di depan mata dan seakan bercerita di dekat
telinga.
Taufiq Ismail namanya seorang pujangga yang lahir di
tahun Sembilan belas tiga lima. Tak pernah bersua padahal, tapi kumpulan
diksinya di buku berjumlah dua ratus lima halaman seperti tengah menceramahi
hati, tak menggurui sih tapi terlalu saja jika tak merasa tengah dikritisi.
Pada nasib bangsa sendiri yang sudah lama dibodohi atau sengaja terbodohi, agar
terus dikasihani oleh mereka para pencuri hasil bumi negeri kami.
Banyak cerita di buku dengan sampul bergambar kertas
terbakar api, mulai puisi duniawi hinggi puisi tentang mati. Cerita para
aktivis negeri hingga para menteri. Obrolan sang delegasi hingga rakyat yang sakit
nyeri, bukan sakit karena perut melilit tapi ada pejabat yang pelit karena
takut pailit.
Di buku ini semua objek cerita menjadi hidup, padahal
hanya benda mati, tapi dengan canggihnya ia meramu sepotong demi sepotong kata,
menyambung kalimat demi kalimat, bait demi bait hingga lahir seratus puisi
sampai lalu saat dibacanya buku itu, seperti terasa sedang minum sebungkus jamu.
6 Ramadhan
1435
Tidak ada komentar:
Posting Komentar