Sabtu, 05 Juli 2014

BUKU TAUFIQ ISMAIL



Adakah sihir di sini? Di buku bersampul merah jambu. Dengan judul Malu Aku Jadi Orang Indonesia. Begitu dalam daya pikirku yang tenggelam di sana. Bersama kumpulan kata hingga tak peduli panggilan ibunda yang minta tolong dibelikan lada. 

Seolah menemukan telaga di sana. Di buku terbitan Yayasan Ananda. Tak ada mantra padahal, tapi jiwa terlanjur terkulai bersama, mengagumi kata demi kata, yang seolah-olah bicara di depan mata dan seakan bercerita di dekat telinga.

Taufiq Ismail namanya seorang pujangga yang lahir di tahun Sembilan belas tiga lima. Tak pernah bersua padahal, tapi kumpulan diksinya di buku berjumlah dua ratus lima halaman seperti tengah menceramahi hati, tak menggurui sih tapi terlalu saja jika tak merasa tengah dikritisi. Pada nasib bangsa sendiri yang sudah lama dibodohi atau sengaja terbodohi, agar terus dikasihani oleh mereka para pencuri hasil bumi negeri kami.

Banyak cerita di buku dengan sampul bergambar kertas terbakar api, mulai puisi duniawi hinggi puisi tentang mati. Cerita para aktivis negeri hingga para menteri. Obrolan sang delegasi hingga rakyat yang sakit nyeri, bukan sakit karena perut melilit tapi ada pejabat yang pelit karena takut pailit.

Di buku ini semua objek cerita menjadi hidup, padahal hanya benda mati, tapi dengan canggihnya ia meramu sepotong demi sepotong kata, menyambung kalimat demi kalimat, bait demi bait hingga lahir seratus puisi sampai lalu saat dibacanya buku itu, seperti terasa sedang minum sebungkus jamu.
6 Ramadhan 1435


Tidak ada komentar: