Dulu
sekali betapa keren jika kulihat seorang kuli tinta menulis berita, opini,
imaji dan aneka tulisan yang dibuat. Betapa hebat, cerdas dan seksi. Sampai profesi tersebut menjadi mimpi tersendiri buatku.
Terlebih jika tulisan itu bisa sampai terasa membumi ke dasar. Lalu membuat
pembacanya merasa tercerahkan pikirannya, menalar lebih luas dan lebih dalam
lalu tergerak karena terinspirasi.
Namun
faktanya kelamaan banyak hal yang tak bisa lagi dianggap keren, para kuli tinta
ini beberapa ada yang yang sekedar menulis sesuai target, menulis sesuai
tradisi, membuat berita sesuai pesanan atau bahkan membuat opini sekedar
mencari sensasi, tanpa ada siratan hikmah atau pancaram kebenaran dan kejujuran
dari sebuah data dan informasi. Pada intinya hanyalah sebuah pemenuh halaman
sebuah halaman Koran atau surat kabar.
Tak ada
nilai yang ingin di bagi apalagi inspirasi yang di tebar. Sekedar pesan dari
sebuah pesanan yang ditulisnya. Bahkan jemari pun tak kalah hebat dengan
tajamnya lidah. Karena darinya pula bisa lahir sebuah fitnah, berita dusta untuk
menjatuhkan kubu lawan. Atau pun segala pencitraan diri yang biasa nan datar
tak istimewa saja bisa jadi luar biasa karena dibungkus menarik nan unik.
Lalu jika
seperti itu maka buku teks petunjuk pemakaian sebuah minyak gosok jauh lebih
guna manfaatnya ketimbang tulisan sang jurnalis. Mungkin karena hidup memang
harus realistis atau sengaja menggusur dan mengubur idealis demi hidup
pragmatis.
4 Ramadhan
1435