Selasa, 07 Oktober 2014

ESENSI TUGAS AKHIR

Buat apa sih kita nulis-nulis tugas akhir, skripsi, tesis dan lain sebagainya. Pengen banget bisa berguna tulisan yang sudah susah payah ini dibuat dan diselesaikan. Sedih kalau cuma numpuk nganggur di lemari. Padahal waktu, tenaga, materi sudah tak terhitung keluar dalam menemani proses penyelesaian tugas akhir ini. 

Siapa bilang nggak kepake? Memang sih kepake buat referensi adik-adik kelas mahasiswa kelak. Ngebantu mereka dalam menemukan referensi, data dan lain sebagainya. Tapi masa iya sih hanya sebatas itu? berputar hanya disekitar situ. Mbok ya gahul dikit gitu, misal bisa jadi referensi penelitian tingkat provinsi, nasional bahkan internasional gitu. Bisa jadi solusi pemecahan masalah tertentu. Kendalanya salah satunya selain memang ilmu pribadi masih sangat cetek sekali, udah seusia ini masih saja bergelut pada masalah remeh temeh, esensi sebuah hidup dan segala pemikiran yang suka aneh berseliweran di otak. 

Malu hati rasanya kalau hanya berkutat disitu-situ ajah. Padahal rasa deg-degannya itu memiliki getaran skala ricther yang dahsyat di jantung. Bahkan sampai nggak bisa tidur dan nggak enak makan  di detik-detik menjelang ujian sidangnya. Menghadapi penguji dengan aneka ragam karakter dan pertanyaan yang kadang suka bikin blank duluan sebelum dijawab. Ya akibat grogi sih, tapi kalau pede dan menguasai materi oke-oke saja. 

Maka dari itu, pengen rasanya ada perubahan. Mendobrak kebiasaan yang melekat dan terlanjur berkarat ini pada tugas akhir. Dimana hanya sekedar penyelasain tugas kampus untuk memperoleh ijazah. Sekedar penggugur kewajiban tanpa ada implikasi dan aplikasi nyata di lapangan. Sekedar pemenuh rak di perpustakaan, lalu dibanting-banting dan berdebu karena menganggur tak ada yang merapihkan di gudang saja diam dengan setia. Kan nggak banget kalau terus menerus kaya gini. Males dan nggak ada kemajuannya. Jalan di tempat ajah gitu? Iihhh, kalau ceritanya kayak gini mending bisnis komersil ajah. Jelas untungnya, jelas ruginya. Tanpa perlu berkutat membuka buku, mencantumkan catatan kaki, mencari teori, seminar proposal, bimbingan sama dosen dan segala printilan lain-lainya. 

Jadi pada intinya harus ada perubahan nyata di depan. Tak elok Cuma begitu-begitu saja. Datar tak bergelombang, seperti durian tak ada durinya. Maka buat saja perubahan itu menjadi nyata, jangan biarkan air mengalir pada datar saja. Biarkan ia terjun bebas, melewati arus dan batu besar. Kalau sakit, ya biar saja. Biar belajar, lalu berpikir dan berpikir agar bertemu jalan perbaikannya dan meningkat kemampuan juga kualitasnya. 

Aduh ojan, berubah dan perubahan itu nggak mudah loh. Pasti akan lebih berat dan menegangkan cerita di dalamnya. Tapi kan memang ada harga, juga ada kualitas. Beda loh antara sepatu murah dan sepatu mahal.  Makanya nggak semua orang mau berubah dan mengubah yang kurang menjadi lebih, yang jelek menjadi bagus. Pengorbananya ituh nggak gampang. Pasti akan lebih banyak cucuran keringat dan darah di sana. Udah siap? Yakin bisa melewatinya? Yakin bisa selesai?. Ya kalau belum dicoba mana tahu. Hidup yang tak pernah dipertaruhkan tidak akan pernah dimenangkan.

Tidak ada komentar: