Apa kau masih mengeluh tentang air yang turun dari langit dengan
tiba-tiba?
Apa kau masih saja komentar bernada sinis menulis status di segala
perangkat sosial media tentang hujan yang turun dan menghancurkan semua agenda
acaramu?
Hujan yang membuat banjir, hujan yang membuat macet, hujan yang membuat
pakaian tak bisa di jemur, hujan membuat sinyal pending, hujan yang membuat
sakit. Sampai akhirnya hujan dikambing gulingkan,,, ups! maksudnya kambing
hitamkan… hehehe
Ratusan tetes air turun dalam hitungan menit! Sampai jika hujan turun
deras, tugu monas di Jakarta terasa sedang showeran, bahkan jikalau emas di
monas itu terurai sampai bawah, dia bisa pesan sampo plus kondisioner ke Dinas
Pertamanan DKI Jakarta. Xixixi :p
Lalu apa bisa dibenarkan manusia-manusia yang selalu nyinyir setiap ada
hujan turun?
Memilih melipat bibirnya dan tak ada senyum yang mengembang saat
terpaksa dia harus melipir ke pinggir jalan karena tiba-tiba langit
mengeluarkan air tak berwarna itu.
Padahal cemberut dan keluh kesahnya
di status bbm dan FBnya tak bisa menghentikan deras hujan yang turun.
Tapi justru menambah kerut di dahi dan
pipinya karena lebih sering tertekuk kaku.
Jika tak ada hujan, siapa yang hendak menyiram ribuan hektar pohon di
hutan?
Jika tak ada hujan berapa banyak liter air yang dibutuhkan oleh dinas
pertamanan untuk menyiram dedaunan yang berbaju debu dan kusam, tak hijau
cerah?
Jika tak ada hujan bagaimana arus sirkulasi air tanah yang kini bisa kau
pakai untuk mandi, mencuci,, memasak, minum, irigasi dan lain sebagainya
berjalan sempurna?
Tapi adanya hujan menyederhanakan semuanya
Ia memudahkan yang sulit dan menjangkau yang tak bisa dijangkau manusia
Adanya hujan juga membuatmu tahu bahwa ada mahluk berlendir yang
melompat dan bisa bernyanyi saat hujan turun. Bahkan sang kodok bisa
bersahut-sahutan meramaikan sendunya hujan.
Hujan menyapu dan mengepel jalan hitam beraspal menjadi bersih. Tak lagi
belepot tanah yang dibawa truk besar untuk mengeruk sawah dan rawa demi proyek
cluster baru.
Hujan juga menjadi sinyal menyenangkan
bagi Alim. Alim yang tinggal di belakang gedung besar bertuliskan great sale langsung sumringah saat tahu langit tengah
mengeluarkan rizkinya. Setidaknya upah mengojek payung bisa untuk membeli dua
liter beras demi ketahanan pangan keluarganya di esok hari.