Cabe-cabean, terong-terongan, alay menjadi label yang kini melekat di kalangan
remaja. Ada yang bangga dengan label itu atau justru malu dan sinis. Namun,
sayangnya hanya sedikit yang malu dan
faktanya justru mereka bangga. Karena eksistensi mereka pun bisa di akui
keberadaannya di tengah kelompok atau lingkungan mereka. Mereka di anggap ada
keberadaannya dan itu penting, keakuan mereka menjadi dasar bahwa dalam
pergaulan harus bisa mengikuti trend terbaru jika tidak maka kau akan tertinggal
jauh di belakang. Tak peduli dari mengutang, mencuri atau bahkan mencopet. Hal
wajib ini harus bisa kau penuhi, antara lain: rokok, celana hotpants, motor
yang dimodif, HP BB, rambut dicat, anting, minum-minuman keras bahkan tato.
Sementara mereka sendiri pun bingung dengan
siapa diri mereka, identitas diri menjadi tanda tanya besar di sana. Aku siapa?
Aku mau kemana? Aku harus bagaimana?. Sampai kemudian muncul pertanyaan berikutnya. Apa mereka nyaman dengan
itu semua? Apa mereka merasakan bahagia dengan itu semua? Atau justru yang hadir adalah
rasa bingung, cemas dan galau semata yang selalu menghantui sehari-hari. Apa
sesungguhnya yang mereka rasakan saat berinteraksi dengan teman-teman di dalam
pergaulannya. Sekedar asik tapi seringnya mengusik, sekedar seru tapi seringnya
menyuruh, sekedar mengikuti arus tapi
seringnya terjerumus, sekedar mengikuti kata hati tapi seringnya menyakiti.
Tak sedikit remaja yang memiliki masalah dengan keluarga,
teman bahkan gurunya. Sampai kemudian mereka mencari pelampiasan dengan cara
yang salah, bahkan akibatnya ada yang sampai ke penjara. Untuk mencegah hal
itu, maka remaja memerlukan bimbingan dan arahan yang positif, bukan sekali dua
kali diarahkan. Misalnya sekali ikut training motivasi lalu bisa berubah baik.
Tidak bisa langsung seperti itu, tapi remaja memerlukan bimbingan yang terus
menerus khususnya dari orang tua di rumah.
Dengan menerapkan pola asuh yang baik dan
mau membangun kedekatan yang kuat dengan anaknya secara intensif, pengaruh
buruk pergaulan remaja bisa dicegah.
Selain itu juga kesadaran
masyarakat untuk mau bersama-masa menjaga dan membina remaja di lingkungannya
bisa menjadi cara alternatif dalam menyalurkan energi remaja yang besar ke
kegiatan-kegiatan positif. Jika sudah bisa seperti itu maka remaja diharapkan
bisa memiliki karakter yang baik dan memfilter otomatis pengaruh-pengaruh
negatif yang muncul saat berinteraksi dengan teman-teman di pergaulannya.
Sehingga munculnya pengaruh buruk yang berkembang di masyarakat juga media bisa
dicegah dan diantisipasi sedini mungkin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar