Bukan rasa mangga, jeruk apalagi strawberi. Tapi rasa yang
tak bisa dikecap lidah namun bisa dirasakan oleh hati.
Suka duka haru
bahagia sedih senang tangis gembira benci ceria marah kesal nestapa cinta takut
gelisah galau resah khawatir ada di sana. Di hati. Kau bisa tenang jika hatimu
sedang baik, kau pun bisa gelisah jika hatimu sedang di rundung masalah, kau
juga bisa ceria jika hatimu sedang merasakan bahagia, lalu kau bisa nestapa
jika hatimu sedang di terpa duka. Dan matamu tidak akan bisa terpejam
pulas jika hati sedang resah memikirkan
sesuatu.
Lalu hati bagaimana
bisa dalam sehari kau berganti rasa? Pagi ceria, siang marah-marah, sore senang
lalu malam kesal penuh emosi. Kau tak malu dibilang plin-plan? Tak bisa
konsisten dan tak punya prinsip hidup. Karena senang sekali berubah sesuka
hati. Bukan hitungan hari saja kau mudah berubah seperti bunglon.Bahkan dalam
hitungan detik, suasana HATI bisa
berubah. Sesuai dengan seperti apa situasi dan kondisi yang sedang di
hadapinya. Dan malah rasa di HATI bisa juga berubah karena pengaruh dari lawan bicara. Tadinya sih biasa saja, nggak
emosi tapi karena lawan marah-marah maka terpancinglah ia ikut terbawa emosi
bahkan kadang bisa lebih tinggi lagi emosinya.
Hmmm…
Duhai hati,
seandainya kau mampu konsisten dan fokus, maka akan indah dunia terasa setiap
hari. Memilih satu saja dari sekian banyak rasa. ceria saja selalu, senang dan
bahagia senantiasa, suka dan penuh cinta setiap saat, gembira dan suka setiap
hari. Tak ada marah, tak perlu emosi, tak usah kesal, tak ada duka sehingga pasti tak akan ada nestapa.
Namun sayangnya
manusia tak mampu seperti itu, karena ada nafsu di sana. Manusia bukan malaikat
yang tak dititipi nafsu oleh penciptaNya. Manusia juga berbeda dengan Jin yang
selalu saja bernafsu pada sesuatu hal. Tapi manusia adalah mahluk yang mampu
berpikir mana nafsu yang baik dan mana nafsu yang buruk. Mana nafsu yang bisa
menghidupkan hatinya atau nafsu yang akan membuat hatinya menjadi mati.
HATI kadang tak selalu
bisa berlaku lurus dan tak memperhatikan sekitar. Karena hati memiliki banyak teman. Ada mata, ada telinga, ada mulut, ada hidung dan
ada kulit. Jika kau melihat yang indah maka hati menjadi senang, jika kau
mendengar dirimu dibicarakan orang lain di belakangmu maka hati berubah emosi,
jika kau tahu ada temanmu yang tak bisa menjaga mulutnya lalu menghinamu maka hati bergejolak penuh amarah, lalu jika hati mencium aroma harum parfum
tetiba hati menjadi rileks, kemudian jika kulitmu merasa sakit tergores atau
luka maka hatimu pun berubah sedih.
Tapi percayakah kau
bahwa ternyata ada HATI yang bisa tetap tenang dalam situasi apapun, bahkan
dalam kondisi genting diterpa amarah dirundung duka diuji derita, ia bisa tetap
tenang. Marahnya tak berlebihan, emosi terjaga, sedihnya biasa saja bahkan
bahagianya pun sederhana. Semua dirasanya biasa saja. Bersih dari noda, jauh
dari cela, menghindar dari dosa.
Ada ANALOGI yang bisa jadi ujicoba apakah hati kita termasuk yang masih HIDUP atau MATI?
Asinnya air laut tak mampu menyerap ke dalam daging ikan, namun bila ikan sudah mati secubit garam pun sudah cukup untuk mengasinkannya. Laksana hati manusia, hati yang HIDUP akan sukar atau sulit untuk dinodai, disakiti dan dipengaruhi. Namun bila HATI sudah mati, maka akan mudah sekali untuk dipengaruhi sampai kemudian tersakiti.
Ada ANALOGI yang bisa jadi ujicoba apakah hati kita termasuk yang masih HIDUP atau MATI?
Asinnya air laut tak mampu menyerap ke dalam daging ikan, namun bila ikan sudah mati secubit garam pun sudah cukup untuk mengasinkannya. Laksana hati manusia, hati yang HIDUP akan sukar atau sulit untuk dinodai, disakiti dan dipengaruhi. Namun bila HATI sudah mati, maka akan mudah sekali untuk dipengaruhi sampai kemudian tersakiti.
Wahai HATI dari apa
kau terbentuk? Tercipta sempurna dengan aneka rasa di sana. Terbuat indah
dengan kekaguman yang tak terduga. Wahai HATI sudilah kiranya kau mampu menjaga
rasa untuk tetap pada kebaikan jauh dari keburukan dekat pada keikhlasan dan
jauh dari kemunafikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar